3/27/2013

“Low Cost Green Car” Bakal Makin Padatkan Lalu-lintas



"Yohannes Nangoi: saya rasa kemacetan di Jakarta bakal never ending story

Pemerintah dilema. Memberi berbagai insentif agar jumlah penjualan mobil makin meningkat akan membuat lalu-lintas kota-kota besar khususnya Jakarta terancam kemacetan yang makin parah. Namun menghambat penjualan mobil, juga akan mengurangi pemasukan ke kas negara. Padahal dari industri otomotif ini negara memperoleh pemasukan dari pajak hingga puluhan triliun rupiah per tahunnya.  
Tata, siap dengan program LCGC

Kenyataannya—entah sudah berkoordinasi dengan instansi terkait yang berwenang mengurusi kelancaran lalu-lintas—saat ini pemerintah justru sedang menggeber pembuatan aturan mengenai mobil murah ramah lingkungan atau "low cost green car" (LCGC). Menanggapi hal itu, pakar otomotif Suhari Sargo mengatakan, aturan LCGC dipastikan akan membuat jalanan kota, terutama Jakarta, lebih padat (http://www.republika.co.id/berita/otomotif/mobil/13/03/27/mkbbvz-aturan-mobil-murah-bisa-bikin-kota-padat).

Menurut dia, pemerintah hendaknya membenahi infrastruktur dulu seperti jalan dan transportasi umum sebelum mengeluarkan aturan yang akan menambah volume kendaraan di jalanan. Selain itu kata dia, Indonesia juga perlu mencontoh negara seperti Jepang atau Singapura yang mematok pajak tinggi untuk kendaraan, namun sistem angkutan publiknya baik. "Di Singapura atau Jepang pajaknya tinggi sekali, tapi karena angkutan publiknya bagus, masyarakat tidak terpikir beli mobi," ujarnya Suhari. 

Upaya menekan jumlah penjualan mobil sebenarnya bisa dilakukan juga dengan menaikkan uang muka alias DP (down payment). Wacana ini sempat mengemuka pada awal 2012 dan sempat membuat pengusaha otomotif ketar-ketir, yakni dengan adanya surat edaran dari Bank Indonesia No.14/10/DPNP, 15 Maret 2012. Isi surat tersebut adalah: Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor. Surat tersebut mewajibkan menaikkan besaran loan to value (LtV) alias DP kendaraan bermotor menjadi 30% dari sebelumnya 20%, mulai Juni 2012.

"Kalau tujuan utama (BI) menghambat pertumbuhan otomotif, kebijakan ini sangat tepat sasaran,” ujar Jodjana Jody, Chief Executive Officer PT Astra International Tbk-Toyota Sales Operation (Auto2000), kepada KompasOtomotif. Langkah BI ini kata Jody, akan berdampak buruk pada dunia usaha, khususnya pengusaha yang mau membeli mobil niaga untuk kegiatan ekonomi.

Sampai saat ini, kata Jody, sekitar 30%-an dari total pasar mobil nasional disumbang dari penjualan sektor niaga (pikap dan truk). Khusus pasar ini, 90% pembelian dilakukan melalui kredit. "Biasanya mereka (pengusaha) cuma dibebani DP 10-15 persen saja, karena memang butuh perputaran uang untuk menopang usaha mereka. Kalau DP naik sampai dua kali lipat, tentu akan mengganggu perputaran uang mereka," papar Jody (http://otomotif.kompas.com/read/2012/03/20/1344/DP.Naik.Ancam.Pasar.Mobil.Indonesia).
 
Namun, hampir setahun dari sejak dikeluarkannya surat edaran tersebut, tidak terdengar ada keluhan dari para pelaku industri otomotif maupun konsumen. Apakah surat edaran tersebut telah dicabut? Faktanya, mobil-mobil keluaran terbaru tetap saja ramai di jalanan. Masyarakat juga tetap mengeluhkan kemacetan yang kian parah. Sejumlah ATPM (agen tunggal pemegang merk) malah mencatat penjualan yang menggembirakan pada 2012, dan memprediksi penjualan tinggi pada 2013, terlebih aturan LCGC akan segera kelar.  

Aturan LCGC kira-kira akan berisi usulan pengembangan kendaraan bermotor yang didorong ke arah teknologi emisi karbon rendah guna mengurangi polusi sekaligus menghemat konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Pihak Kementerian Perindustrian menyatakan, makin irit BBM diskon pajak penjualan barang mewah (PPnBM)-nya akan makin besar, bahkan hingga 0%, dengan syarat mobil diproduksi di dalam negeri (http://www.kemenperin.go.id/artikel/4815/Aturan-Mobil-Murah-Tuntas). 

Saat ini, mobil spesifikasi LCGC yang sudah dipasarkan adalah Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. Tanpa regulasi saja, harga keduanya ada di kisaran Rp 75-120 juta, bagaimana jika PpnBM-nya 0%. Tak heran jika produsen lain mulai mengintip pangsa pasar baru ini, tercatat nama Nissan, Tata, Suzuki, dan Honda. 

Mengenai upaya menghambat penjualan mobil untuk mengatasi kemacetan, Yohannes Nangoi, Ketua II Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menanggapi dengan nada sinis. Jajaran Gaikindo kata dia, menyadari pemerintah tengah mengalami dilema besar.

"Mau tutup usaha otomotif? Yah rugi. Karena kami menyumbang pajak pertahunnya cukup besar. Tahun lalu saja, kami membayar pajak 56 triliun rupiah, belum termasuk pph perusahaan dan perorangan. Bahkan tenaga kerja yang kami serap mencapai 1,5 juta orang. Ini musti diberi solusi jangka panjang, tidak bisa main stop dan tidak bisa dituduh sebagai dalang kemacetan," jelas Yohannes (http://id.carmall.com/id/otomotif/info_artikel/dialog-pemda-dki-gaikindo-3-solusi-kemacetan-2968/).

Di sisi lain, para pengusaha mobil juga tetap optimistis menghadapi rencana pemda DKI Jakarta yang akan menerapkan mass rapid transportation (MRT). Direktur Pemasaran dan Purna Jual PT. Honda Prospect Motor (HPM), Jonfis Fandy, menepis anggapan MRT akan mempengaruhi dan mengurangi penjualan mobil, menyusul banyak orang yang beralih ke MRT.

"Nggak usah jauh-jauh, Thailand negara yang memiliki MRT tapi penjualan mobilnya tetap tinggi setiap tahunnya. Belum negara-negara maju lainnya," katanya Desember lalu (http://otomotif.antaranews.com/berita/348212/honda-yakin-mrt-tak-pengaruhi-penjualan-mobil).
Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran PT Astrea Daihatsu Motor (ADM) mengungkapkan hal sama. Bahkan kata dia penjualan di Thailand lebih tinggi ketimbang Indonesia 

Namun kata Amelia, potensi pasar mobil di Indonesia masih besar, bisa 3 juta unit setahun, dan ini menarik bagi banyak investor. Logikanya kata dia, China dengan populasi 1,35 miliar, penjualan mobilnya mencapai 20 juta unit. Karena itu, Indonesia dengan penduduk 238 juta atau 1/6 dari China, penjualan mobilnya seharusnya bisa sekitar 3 juta unit. Nah loh! (http://otomotif.kompas.com/read/2013/01/22/6271/Potensi.Pasar.Mobil.Indonesia.Semestinya.3.juta.unit.per.tahun). "Saya rasa kemacetan di Jakarta bakal never ending story," demikian kata Yohannes Nangoi.**


News peg:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar