"Yohannes Nangoi: saya rasa
kemacetan di Jakarta bakal never ending story"
Pemerintah dilema. Memberi berbagai
insentif agar jumlah penjualan mobil makin meningkat akan membuat lalu-lintas kota-kota
besar khususnya Jakarta terancam kemacetan yang makin parah. Namun menghambat
penjualan mobil, juga akan mengurangi pemasukan ke kas negara. Padahal dari industri
otomotif ini negara memperoleh pemasukan dari pajak hingga puluhan triliun
rupiah per tahunnya.
Tata, siap dengan program LCGC |
Kenyataannya—entah sudah berkoordinasi
dengan instansi terkait yang berwenang mengurusi kelancaran lalu-lintas—saat
ini pemerintah justru sedang menggeber pembuatan aturan mengenai mobil
murah ramah lingkungan atau "low cost green car" (LCGC). Menanggapi
hal itu, pakar otomotif Suhari Sargo mengatakan, aturan LCGC dipastikan akan
membuat jalanan kota, terutama Jakarta, lebih padat (http://www.republika.co.id/berita/otomotif/mobil/13/03/27/mkbbvz-aturan-mobil-murah-bisa-bikin-kota-padat).
Menurut dia,
pemerintah hendaknya membenahi infrastruktur dulu seperti jalan dan
transportasi umum sebelum mengeluarkan aturan yang akan menambah volume kendaraan
di jalanan. Selain itu kata dia, Indonesia juga perlu mencontoh negara seperti
Jepang atau Singapura yang mematok pajak tinggi untuk kendaraan, namun sistem angkutan
publiknya baik. "Di Singapura atau Jepang pajaknya tinggi sekali, tapi
karena angkutan publiknya bagus, masyarakat tidak terpikir beli mobi,"
ujarnya Suhari.
Upaya
menekan jumlah penjualan mobil sebenarnya bisa dilakukan juga dengan menaikkan
uang muka alias DP (down payment). Wacana ini sempat mengemuka pada awal 2012 dan sempat membuat pengusaha
otomotif ketar-ketir, yakni dengan adanya surat edaran dari Bank Indonesia
No.14/10/DPNP, 15 Maret 2012. Isi surat tersebut adalah: Penerapan Manajemen
Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit
Kendaraan Bermotor. Surat tersebut mewajibkan menaikkan besaran loan to value (LtV) alias DP kendaraan
bermotor menjadi 30% dari sebelumnya 20%, mulai Juni 2012.
"Kalau
tujuan utama (BI) menghambat pertumbuhan otomotif, kebijakan ini sangat tepat
sasaran,” ujar Jodjana Jody, Chief Executive Officer PT Astra International
Tbk-Toyota Sales Operation (Auto2000), kepada KompasOtomotif. Langkah BI ini kata Jody, akan berdampak buruk pada
dunia usaha, khususnya pengusaha yang mau membeli mobil niaga untuk kegiatan
ekonomi.
Sampai saat ini,
kata Jody, sekitar 30%-an dari total pasar mobil nasional disumbang dari
penjualan sektor niaga (pikap dan truk). Khusus pasar ini, 90% pembelian
dilakukan melalui kredit. "Biasanya mereka (pengusaha) cuma dibebani DP
10-15 persen saja, karena memang butuh perputaran uang untuk menopang usaha
mereka. Kalau DP naik sampai dua kali lipat, tentu akan mengganggu perputaran
uang mereka," papar Jody (http://otomotif.kompas.com/read/2012/03/20/1344/DP.Naik.Ancam.Pasar.Mobil.Indonesia).
Namun, hampir setahun dari sejak
dikeluarkannya surat edaran tersebut, tidak terdengar ada keluhan dari para
pelaku industri otomotif maupun konsumen. Apakah surat edaran tersebut telah dicabut? Faktanya, mobil-mobil keluaran terbaru tetap
saja ramai di jalanan. Masyarakat juga tetap mengeluhkan kemacetan yang kian
parah. Sejumlah ATPM (agen tunggal pemegang merk) malah mencatat penjualan yang
menggembirakan pada 2012, dan memprediksi penjualan tinggi pada 2013, terlebih
aturan LCGC akan segera kelar.
Aturan
LCGC kira-kira akan berisi usulan pengembangan kendaraan bermotor yang didorong
ke arah teknologi emisi karbon rendah guna mengurangi polusi sekaligus
menghemat konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Pihak Kementerian Perindustrian menyatakan, makin
irit BBM diskon pajak penjualan barang mewah (PPnBM)-nya akan makin besar, bahkan hingga
0%, dengan syarat mobil diproduksi di dalam negeri (http://www.kemenperin.go.id/artikel/4815/Aturan-Mobil-Murah-Tuntas).
Saat ini, mobil spesifikasi LCGC
yang sudah dipasarkan adalah Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. Tanpa regulasi
saja, harga keduanya ada di kisaran Rp 75-120 juta, bagaimana jika PpnBM-nya
0%. Tak heran jika produsen lain mulai mengintip pangsa pasar baru ini, tercatat nama Nissan,
Tata, Suzuki, dan Honda.
Mengenai upaya menghambat penjualan
mobil untuk mengatasi kemacetan, Yohannes
Nangoi, Ketua II Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menanggapi
dengan nada sinis. Jajaran Gaikindo kata dia, menyadari pemerintah
tengah mengalami dilema besar.
"Mau tutup usaha otomotif? Yah
rugi. Karena kami menyumbang pajak pertahunnya cukup besar. Tahun lalu saja,
kami membayar pajak 56 triliun rupiah, belum termasuk pph perusahaan dan
perorangan. Bahkan tenaga kerja yang kami serap mencapai 1,5 juta orang. Ini
musti diberi solusi jangka panjang, tidak bisa main stop dan tidak bisa dituduh
sebagai dalang kemacetan," jelas Yohannes (http://id.carmall.com/id/otomotif/info_artikel/dialog-pemda-dki-gaikindo-3-solusi-kemacetan-2968/).
Di
sisi lain, para pengusaha mobil juga tetap optimistis menghadapi
rencana pemda DKI Jakarta yang akan menerapkan mass rapid transportation (MRT). Direktur Pemasaran dan Purna Jual
PT. Honda Prospect Motor (HPM), Jonfis Fandy, menepis anggapan MRT akan
mempengaruhi dan mengurangi penjualan mobil, menyusul banyak orang yang beralih
ke MRT.
"Nggak usah jauh-jauh, Thailand negara yang memiliki MRT tapi penjualan mobilnya tetap tinggi setiap tahunnya. Belum negara-negara maju lainnya," katanya Desember lalu (http://otomotif.antaranews.com/berita/348212/honda-yakin-mrt-tak-pengaruhi-penjualan-mobil). Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran PT Astrea Daihatsu Motor (ADM) mengungkapkan hal sama. Bahkan kata dia penjualan di Thailand lebih tinggi ketimbang Indonesia
"Nggak usah jauh-jauh, Thailand negara yang memiliki MRT tapi penjualan mobilnya tetap tinggi setiap tahunnya. Belum negara-negara maju lainnya," katanya Desember lalu (http://otomotif.antaranews.com/berita/348212/honda-yakin-mrt-tak-pengaruhi-penjualan-mobil). Amelia Tjandra, Direktur Pemasaran PT Astrea Daihatsu Motor (ADM) mengungkapkan hal sama. Bahkan kata dia penjualan di Thailand lebih tinggi ketimbang Indonesia
Namun kata Amelia, potensi pasar
mobil di Indonesia masih besar, bisa 3 juta unit setahun, dan ini menarik bagi
banyak investor. Logikanya kata dia, China dengan populasi 1,35 miliar,
penjualan mobilnya mencapai 20 juta unit. Karena itu, Indonesia dengan
penduduk 238 juta atau 1/6 dari China, penjualan mobilnya seharusnya bisa
sekitar 3 juta unit. Nah loh! (http://otomotif.kompas.com/read/2013/01/22/6271/Potensi.Pasar.Mobil.Indonesia.Semestinya.3.juta.unit.per.tahun).
"Saya rasa kemacetan di Jakarta
bakal never ending story," demikian kata Yohannes Nangoi.**
News peg:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar