“Dian:
melihat kondisi kota yang tak ramah pada pejalan kaki seperti ini, mungkin
pejalan kaki juga akhirnya pada beralih membeli motor, dan naik ke trotoar juga”
Di
tengah keresahan warga terhadap maraknya geng motor kriminal, Direktorat Lalu
Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jay, menyatakan
akan memburu pengendara kendaraan roda dua (motor) yang suka naik ke trotoar.
Kalau kelakuan geng motor yang jumlahnya bisa dihitung jari saja sulit ditertibkan,
akankah rencana menindak kelakukan ribuan pengendara motor bandel bisa dilakukan?
Namun bagaimanapun, itikad ini memberi harapan bagi penikmat pedestrian, dan
diharapkan menular ke kota-kota lain yang mengalami masalah sama.
harus berbagi dengan mo... (tempo.co) |
Kepolisian sudah memetakan titik-titik rawan lokasi dimana banyak pesepeda motor naik ke trotoar. Namun Sambodo belum mau membeberkan lagkah-langkah yang akan dilakukan. Menurutnya, setidaknya awal Juli 2013 ini akan mulai memberikan peringatan pada pesepeda motor bandel dengan peneguran sampai penilangan. Rencana ini akan satu paket dengan Operasi Patuh Jaya untuk menghadapi bulan puasa, yang akan dilanjutkan dengan Operasi Ketupat, sepekan sebelum lebaran.
Pengamat
transportasi, Iskandar Abubakar, mengatakan, kunci utama melakukan penindakan pada
pesepeda motor brengsek ini adalah penindakan yang harus dilakukan terus
menerus. “Karena, kebiasaan di kita kan kalau polisinya pergi, dia
akan naik trotoar lagi,” ujar Iskandar kepada Republika. Namun Iskandar
sadar, tidak mungkin polisi menunggui trotoar setiap saat. Karena itu, agar
efektif dan tidak terulang, ujarnya, dibutuhkan perangkat elektronik seperti
kamera yang bisa merekam para pelanggar peraturan. “Saya angkat jempol kalau
polisi bisa melakukan itu dan tidak terulang.” (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/27/mp20pl-pemotor-naik-trotoar-bakal-ditindak).
Rebutan Trotoar dengan
Motor
Masalah
trotoar di kota-kota besar memang rumit. Selain diserobot pesepeda motor,
trotoar juga seringkali dipenuhi pedagang kaki lima (PKL), bahkan dijadikan
tempat parkir kendaraan, baik motor maupun mobil. Parahnya lagi, pihak
berwenang membiarkan mereka, sehingga ketika satu waktu diusir, sudah susah. Apalagi
kalau lokasi tempat mereka mangkal sudah dikuasai preman. Lebih parah lagi
kalau preman ini kongkalikong juga dengan aparat.
Salah
satu alasan pesepeda motor naik ke trotoar, selain karena jalan raya padat dan macet,
juga karena trotoarnya sepi dari pejalan kaki. Hanifah (28), salah seorang
pengendara motor yang biasa melalui ruas jalan TB Simatupang, Jakarta,
mengatakan, “Pejalan kaki juga sudah jarang, kalaupun ada yah kita hati-hati
saja,” ujarnya santai. Hanifah hanya angkat bahu saat diingkatkan bahwa itu
membahayakan pejalan kaki. ''Sampai sekarang buktinya aman-aman saja,” lanjutnya.
Sementara
itu, Usep (32), warga Kalibata, Jakarta, yang kerap berjalan kaki dari rumahnya
ke halte yang terletak di pinggir Jalan Raya Warung Buncit, mengatakan, selain
sepeda motor naik ke trotoar, di beberapa tempat yang trotoarnya agak lebar malah
dipadati PKL (http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/metropolitan/10/04/02/109178-warga-jaksel-keluhkan-alih-fungsi-dan-ketiadaan-trotoar).
Marlina
(27), saat sedang berjalan di trotoar di depan RS Fatmawati, bahkan mengaku harus
berebut dengan pesepeda motor untuk menggunakan trotoar. Namun Marlina termasuk
yang tak sungkan memarahi mereka meskipun dengan risiko balik dibentak. “Saya selalu berpikir ini hak saya dan mereka
sama juga seperti saya ingin cepat sampai di rumah. Jadi saya nggak pernah mau
mengalah dengan para perampok trotoar," kata Marlina kepada detikcom, Senin (6/5/2013). (http://news.detik.com/read/2013/05/06/122028/2238887/10/trotoar-di-jakarta-mulai-jadi-parkir-hingga-jalur-alternatif-motor).
Itulah “Gunanya” Pakai
Motor
Lain
lagi dengan Dian (42), warga Bandung yang sering memanfaatkan trotoar karena
memang sehari-hari dia bepergian menggunakan transportasi umum. Jika bertemu
dengan pengendara-pengendara motor yang naik ke trotoar, Dian selalu menyiapkan
kamera digitalnya. “Kalau ada waktu, fotonya suka saya apload ke Facebook, biar
ramai-ramai dikutuk,” ujarnya sambil tertawa. Namun dengan agak frustrasi, Dian
melihat bahwa ketika jumlah sepeda motor makin banyak di jalanan, maka
pelanggaran “ringan” seperti ini hampir mustahil ditindak jika tak ada kemauan
sungguh-sungguh dari aparatnya.
“Itulah ‘gunanya’ sepeda motor. Kalau gak bisa
nyelap-nyelip seenak perut, bukan
motor namanya,” sinis Dian. Terlebih lagi, lanjutnya, di beberapa tempat,
trotoar memang sepi. Hanya 1-2 pejalan kaki yang menggunakannya. Hal ini
diperparah habisnya ruang trotoar oleh PKL. “Melihat kondisi kota yang tak
ramah pada pejalan kaki seperti ini, mungkin pejalan kaki juga akhirnya pada
beralih membeli motor, dan naik ke trotoar juga,” ujar Dian, seraya tertawa
kecut.
Ihwal
perjuangan pejalan kaki yang menegur pesepeda motor yang naik ke trotoar, kita
ingat dengan apa yang dilakukan seorang wanita berjilbab yang menghalau motor-motor yang naik ke trotoar di
salah satu ruas trotoar di kawasan jembatan Semanggi, Jakarta. Tindakan wanita
berjilbab ini direkam seseorang dengan kamera ponselnya, lalu diunggah ke Youtube. Video ini sempat menjadi
perbincangan hangat di Facebook (lihat:
http://www.youtube.com/watch?v=_Q84iAN0WVY).
Seorang pria
bernama Anthony Lajar, bahkan dengan sengaja tidur terlentang di trotoar
sehingga para pengendara motor tidak bisa melewati trotoar di sekitaran kawasan
Kota Tua, Jakarta. Sebagai pengguna transportasi masal seperti kereta dan bus
Trans Jakarta, Anthony mau tak mau harus akrab dengan aktivitas jalan kaki, dan
mendambakan trotoar yang nyaman (http://www.merdeka.com/peristiwa/aksi-koalisi-pejalan-kaki-usir-motor-hingga-pkl-dari-trotoar.html).
Personel Netral Sedih
Kekesalan
terhadap kelakukan pesepeda motor ini juga dilontarkan dua punggawa band
Netral, Bagus dan Coki. "Kita
sebagai pengguna jalan harus punya common sense, jangan seperti itu,
sudah disediakan jalan ya pakai, jangan ambil hak pejalan kaki," ujar
Coki. Bagus malah beranggapan, kebiasaan buruk para pengendara motor itulah
yang sebenarnya membuat citra para pengendara motor jadi buruk di mata
masyarakat. "Karena hal-hal seperti itu kan motor jadi tidak disukai oleh
pengguna jalan lain," ujar Bagus.
Baik
Coki maupun Bagus mengaku bahwa mereka sampai saat ini termasuk yang masih
sering menggunakan sepeda motor untuk berbagai keperluan. Coki bahkan memiliki enam
sepeda motor berbagai model. Sementara Bagus mengaku hanya mengoleksi dua unit
sepeda motor. "Kita juga suka motor, karena itu kita sedih kalau ada yang
seperti itu," kata Coki (http://oto.detik.com/read/2013/01/30/180159/2156777/1218/netral-motor-jangan-naik-trotoar).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar