7/01/2013

Motor yang Naik Trotoar Bakal Diburu Polisi


“Dian: melihat kondisi kota yang tak ramah pada pejalan kaki seperti ini, mungkin pejalan kaki juga akhirnya pada beralih membeli motor, dan naik ke trotoar juga”

Di tengah keresahan warga terhadap maraknya geng motor kriminal, Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jay,  menyatakan akan memburu pengendara kendaraan roda dua (motor) yang suka naik ke trotoar. Kalau kelakuan geng motor yang jumlahnya bisa dihitung jari saja sulit ditertibkan, akankah rencana menindak kelakukan ribuan pengendara motor bandel bisa dilakukan? Namun bagaimanapun, itikad ini memberi harapan bagi penikmat pedestrian, dan diharapkan menular ke kota-kota lain yang mengalami masalah sama.

harus berbagi dengan mo... (tempo.co)
Wakil Direktorat Lalu Lintas, AKBP Sambodo Purnomo, Kamis (27/6), mengatakan, langkah polisi ini berdasarkan laporan masyarakat pengguna trotoar yang jengkel karena kerap bersinggungan dengan sepeda motor. Bahkan, pengendara sepeda motor justru lebih galak ketika diingatkan pejalan kaki bahwa mereka tak berhak menggunakan trotoar. “Sekarang, kita fokuskan ke sepeda motor yang naik trotoar,” kata Sambodo.

Kepolisian sudah memetakan titik-titik rawan lokasi dimana banyak pesepeda motor naik ke trotoar. Namun Sambodo belum mau membeberkan lagkah-langkah yang akan dilakukan. Menurutnya, setidaknya awal Juli 2013 ini akan mulai memberikan peringatan pada pesepeda motor bandel dengan peneguran sampai penilangan. Rencana ini akan satu paket dengan Operasi Patuh Jaya untuk menghadapi bulan puasa, yang akan dilanjutkan dengan Operasi Ketupat, sepekan sebelum lebaran.

Pengamat transportasi, Iskandar Abubakar, mengatakan, kunci utama melakukan penindakan pada pesepeda motor brengsek ini adalah penindakan yang harus dilakukan terus menerus. “Karena, kebiasaan di kita kan kalau polisinya pergi, dia akan naik trotoar lagi,” ujar Iskandar kepada Republika. Namun Iskandar sadar, tidak mungkin polisi menunggui trotoar setiap saat. Karena itu, agar efektif dan tidak terulang, ujarnya, dibutuhkan perangkat elektronik seperti kamera yang bisa merekam para pelanggar peraturan. “Saya angkat jempol kalau polisi bisa melakukan itu dan tidak terulang.” (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/27/mp20pl-pemotor-naik-trotoar-bakal-ditindak).

Rebutan Trotoar dengan Motor
Masalah trotoar di kota-kota besar memang rumit. Selain diserobot pesepeda motor, trotoar juga seringkali dipenuhi pedagang kaki lima (PKL), bahkan dijadikan tempat parkir kendaraan, baik motor maupun mobil. Parahnya lagi, pihak berwenang membiarkan mereka, sehingga ketika satu waktu diusir, sudah susah. Apalagi kalau lokasi tempat mereka mangkal sudah dikuasai preman. Lebih parah lagi kalau preman ini kongkalikong juga dengan aparat.

Salah satu alasan pesepeda motor naik ke trotoar, selain karena jalan raya padat dan macet, juga karena trotoarnya sepi dari pejalan kaki. Hanifah (28), salah seorang pengendara motor yang biasa melalui ruas jalan TB Simatupang, Jakarta, mengatakan, “Pejalan kaki juga sudah jarang, kalaupun ada yah kita hati-hati saja,” ujarnya santai. Hanifah hanya angkat bahu saat diingkatkan bahwa itu membahayakan pejalan kaki. ''Sampai sekarang buktinya aman-aman saja,” lanjutnya.

Sementara itu, Usep (32), warga Kalibata, Jakarta, yang kerap berjalan kaki dari rumahnya ke halte yang terletak di pinggir Jalan Raya Warung Buncit, mengatakan, selain sepeda motor naik ke trotoar, di beberapa tempat yang trotoarnya agak lebar malah dipadati PKL  (http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/metropolitan/10/04/02/109178-warga-jaksel-keluhkan-alih-fungsi-dan-ketiadaan-trotoar).

Marlina (27), saat sedang berjalan di trotoar di depan RS Fatmawati, bahkan mengaku harus berebut dengan pesepeda motor untuk menggunakan trotoar. Namun Marlina termasuk yang tak sungkan memarahi mereka meskipun dengan risiko balik dibentak.  “Saya selalu berpikir ini hak saya dan mereka sama juga seperti saya ingin cepat sampai di rumah. Jadi saya nggak pernah mau mengalah dengan para perampok trotoar," kata Marlina kepada detikcom, Senin (6/5/2013). (http://news.detik.com/read/2013/05/06/122028/2238887/10/trotoar-di-jakarta-mulai-jadi-parkir-hingga-jalur-alternatif-motor).

Itulah “Gunanya” Pakai Motor
Lain lagi dengan Dian (42), warga Bandung yang sering memanfaatkan trotoar karena memang sehari-hari dia bepergian menggunakan transportasi umum. Jika bertemu dengan pengendara-pengendara motor yang naik ke trotoar, Dian selalu menyiapkan kamera digitalnya. “Kalau ada waktu, fotonya suka saya apload ke Facebook, biar ramai-ramai dikutuk,” ujarnya sambil tertawa. Namun dengan agak frustrasi, Dian melihat bahwa ketika jumlah sepeda motor makin banyak di jalanan, maka pelanggaran “ringan” seperti ini hampir mustahil ditindak jika tak ada kemauan sungguh-sungguh dari aparatnya.

 “Itulah ‘gunanya’ sepeda motor. Kalau gak bisa nyelap-nyelip seenak perut, bukan motor namanya,” sinis Dian. Terlebih lagi, lanjutnya, di beberapa tempat, trotoar memang sepi. Hanya 1-2 pejalan kaki yang menggunakannya. Hal ini diperparah habisnya ruang trotoar oleh PKL. “Melihat kondisi kota yang tak ramah pada pejalan kaki seperti ini, mungkin pejalan kaki juga akhirnya pada beralih membeli motor, dan naik ke trotoar juga,” ujar Dian, seraya tertawa kecut.

Ihwal perjuangan pejalan kaki yang menegur pesepeda motor yang naik ke trotoar, kita ingat dengan apa yang dilakukan seorang wanita berjilbab yang menghalau motor-motor yang naik ke trotoar di salah satu ruas trotoar di kawasan jembatan Semanggi, Jakarta. Tindakan wanita berjilbab ini direkam seseorang dengan kamera ponselnya, lalu diunggah ke Youtube. Video ini sempat menjadi perbincangan hangat di Facebook (lihat: http://www.youtube.com/watch?v=_Q84iAN0WVY).

Seorang pria bernama Anthony Lajar, bahkan dengan sengaja tidur terlentang di trotoar sehingga para pengendara motor tidak bisa melewati trotoar di sekitaran kawasan Kota Tua, Jakarta. Sebagai pengguna transportasi masal seperti kereta dan bus Trans Jakarta, Anthony mau tak mau harus akrab dengan aktivitas jalan kaki, dan mendambakan trotoar yang nyaman (http://www.merdeka.com/peristiwa/aksi-koalisi-pejalan-kaki-usir-motor-hingga-pkl-dari-trotoar.html).

Personel Netral Sedih
Kekesalan terhadap kelakukan pesepeda motor ini juga dilontarkan dua punggawa band Netral, Bagus dan Coki.  "Kita sebagai pengguna jalan harus punya common sense, jangan seperti itu, sudah disediakan jalan ya pakai, jangan ambil hak pejalan kaki," ujar Coki. Bagus malah beranggapan, kebiasaan buruk para pengendara motor itulah yang sebenarnya membuat citra para pengendara motor jadi buruk di mata masyarakat. "Karena hal-hal seperti itu kan motor jadi tidak disukai oleh pengguna jalan lain," ujar Bagus.

Baik Coki maupun Bagus mengaku bahwa mereka sampai saat ini termasuk yang masih sering menggunakan sepeda motor untuk berbagai keperluan. Coki bahkan memiliki enam sepeda motor berbagai model. Sementara Bagus mengaku hanya mengoleksi dua unit sepeda motor. "Kita juga suka motor, karena itu kita sedih kalau ada yang seperti itu," kata Coki (http://oto.detik.com/read/2013/01/30/180159/2156777/1218/netral-motor-jangan-naik-trotoar).**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar