7/06/2013

Presiden Bolivia Jadi Korban Kekalapan Amerika Serikat



Upaya perburuan Amerika Serikat (AS) terhadap Edward J.Snowden, sang whistle blower kasus spionase yang dilakukan badan keamanan AS (NSA) terhadap dunia, memicu ketegangan di sejumlah negara. AS yang kalap, melancarkan aksi-aksi pemblokadean terhadap pihak-pihak yang dianggapnya membantu pelarian Snowden. Presiden Bolivia, Evo Morales, menjadi korban pertamanya. Pesawat yang membawa Morales dalam perjalanan dari Rusia pulang ke negerinya, dialihkan jalur terbangnya ke Austria karena ada kecurigaan Snowden berada di dalamnya.

Unjuk rasa kecam AS atas insiden pesawat Morales (ROL)
Morales pun meradang dan menyatakan kepada internasional bahwa dia telah diperlakukan tidak adil. Wakil Presiden Bolivia, Alvaro Gacia Linera, saat memberikan keterangan pers di La Paz seperti dikutip CNN, Selasa (2/7), mengtakan, “Ini adalah perilaku arogan dari negara-negara yang merasa paling berkuasa.” Pesawat Kepresiden Bolivia lepas landas dari Moskow, Rusia, Selasa (2/7), waktu setempat, dengan maksud menuju Bandara di La Paz, Bolivia. Penerbangan ini rencananya akan transit di Lisabon, Portugal, hanya untuk mengisi bahan bakar.

Namun pilot kepresidenan mendadak mengumumkan tidak dapat masuk ke wilayah udara Portugal. Otoritas Portugal berkilah ada persoalan teknis. Gagal mendarat, pilot kepresidenan mengalihkan penerbangan ke Kepulauan Canary, Spanyol. Tapi, belum sampai di sana, Morales dan rombongan dilarang terbang di wilayah udara Prancis dengan alasan klasik persoalan teknis. Mereka pun terpaksa mendarat di Wina, Austria.

“Kami diberitahukan ada kecurigaan yang tidak mendasar di negara-negara di Eropa tentang Snowden,” kata Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca. Menurutnya, tudingan itu telah membuat keselamatan Presiden Bolivia dalam bahaya. Menteri Pertahanan Bolivia, Ruben Saavedra, mengatakan, Kementerian Luar Negeri AS kemungkinan berada di balik keputusan untuk tidak mengizinkan pesawat Morales mendarat di Portugal atau terbang di atas wilayah Prancis. Meskipun, lanjut Saavedra, Prancis dan Portugal pada akhirnya mempertimbangkan kembali keputusan mereka dan mengizinkan pesawat Morales terbang wilayah udara keduanya. Sedangkan, Spanyol dan Italia tetap tak mengizinkan pesawat Morales melintas.

“Dua negara telah mengubah sikap mereka, pertama Prancis dan kedua Portugas,” ujar Saavedra. “Untuk Italia dan Spanyol, kami akan sabar dan menyelesaikan sikap negatif mereka sesuai norma-norma internasional.” Morales, Rabu (3/7), menegaskan tak menerima persyaratan yang diajukan Spanyol untuk memeriksa pesawat mereka jika ingin melintas. “Kami tunggu sikap Spanyol.” (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/07/04/mpdvof-bolivia-jadi-korban-perburuan-as).

Prancis Resmi Minta Maaf
Prancis melalui pernyataan langsung presidennya, Francois Hollande, mengatakan bertanggung jawab dan menyesali insiden tersebut. Pernyataan maaf secara resmi Hollande ini diungkapkan saat lawatannya ke Berlin, Jerman, Rabu (3/7). Hollande berdalih, otoritas tertinggi di Ibu Kota Paris mengalami gagap komunikasi. Prancis berharap ungkapan maaf secara resmi ini dapat menyelesaikan ketersinggungan diplomatik yang muncul dari insiden tersebut.  ''Kami (Kemenlu) sudah menyampaikan juga lewat komunikasi langsung dengan rekan kami (Kemenlu Bolivia). Kami mengucapkan penyesalan,'' kata Juru Bicara Kemenlu Prancis, Philippe Lalliot, Kamis (4/7). Sementara itu BBC News melansir, larangan itu semula memang ada. Izin memasuki wilayah udara Prancis segera keluar setelah otoritas udara mengetahui Morales berada dalam Jet Super Falcon tersebut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/04/mpejza-paris-minta-maaf-ke-bolivia-atas-insiden-snowden).

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg, mengatakan, rumor Snowden berada di dalam pesawat Presiden Morales itu tidak benar. Polisi Austria sempat menggeledah pesawat, tapi tidak menemukan Snowden. Karena itu negara-negara Eropa kemudian kembali membuka wilayah udara mereka bagi pesawat Morales. Dikutip BBC, Rabu (3/7), Choquehuanca, mengatakan, pihaknya tidak tahu siapa yang mengabarkan kebohongan mengenai kemungkinan Snowden berada di dalam pesawat Morales. “Tapi kami mengecam masyarakat internasional karena ketidakadilan atas pesawat Presiden Evo Morales," katanya.

Kecurigaan AS muncul karena Morales baru saja berkunjung ke Moskow, kota di mana Snowden  bersembunyi di wilayah transit bandara kota tersebut, sejak tiba dari Hong Kong pada 23 Juni. Presiden Bolivia berada di Moskow untuk menghadiri pertemuan negara-negara pengekspor minyak di Rusia. Bolivia dikabarkan termasuk negara yang akan mempertimbangkan memberi suaka pada mantan pegawai badan intelijen AS (CIA) ini. Seperti halnya beberapa negara Amerika Latin lainnya, Bolivia juga merupakan negara yang bersikap anti-AS.


Bolivia Pertimbangkan Suaka Snowden
Jejaring anti-kerahasiaan WikiLeaks mengungkapkan, Snowden telah meminta suaka kepada Bolivia, setelah penarikan permintaan suakanya dari Rusia, akibat persyaratan yang disampaikan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Putin secara terbuka menawarkan Snowden suaka namun dengan syarat ia berhenti mengungkap rahasia intelijen AS yang disebut Putin sebagai negara partnernya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/03/mpc6rp-bolivia-bantah-snowden-di-pesawat-kepresidenannya).

Pada Selasa (2/6), Morales memang pernah mengatakan bersedia mempertimbangkan permintaan suaka Snowden. "Jika ada permintaan, tentu saja kami bersedia berdebat dan mempertimbangkan usulan tersebut," kata Morales di televisi pemerintah Rusia, RT, dalam pernyataan yang diterjemahkan saluran itu dari bahasa Spanyol. Menurut laman anti-kerahasiaan WikiLeaks, Bolivia adalah satu dari 21 negara yang dimintai suakanya oleh Snowden. "Bolivia ada untuk melindungi, apakah itu spionase atau kontrol. Dalam kedua kasus, kami di sini untuk membantu,” lansir RT, mengutip ucapan pemimpin sayap kiri itu saat kunjungannya ke Moskow (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/02/mpb99a-bolivia-pertimbangkan-suaka-untuk-snowden).

Bolivia sendiri telah mengeluarkan pernyataan menolak permintaan AS untuk mengekstradisi buronan intelijen AS tersebut, dengan alasan karena secara hukum Snowden memang tidak berada di wilayah Bolivia. "Ini aneh. Orang yang tidak berada di dalam teritori sebuah negara, diminta segera dikembalikan ke Amerika Serikat," kata Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca.

"Bolivia ingin menyatakan dan mengulangi secara tegas bahwa Snowden tidak pernah bertemu Presiden Morales di Rusia maupun di dalam pesawat, ataupun saat ini (Snowden) berada di wilayah Bolivia," kata Menteri tersebut. Choquehuanca mengekspresikan Bolivia marah besar karena adanya permintaan ekstradisi itu telah membuat Morales secara ilegal ditahan berdasarkan kecurigaan yang tidak mendasar. Prancis telah menyatakan penyesalan atas insiden tersebut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/04/mpejs1-bolivia-bantah-tudingan-as-soal-ekstradisi-snowden).

Amerika Latin Kecam AS
Memiliki hubungan karib, pemimpin negara-negara di Amerika Latin lainnya ikut mengutuk dan mendesak negara-negara yang terlibat pelarangan pesawat Presiden Bolivia memasuki udaranya ini, untuk meminta maaf. ''Ini perlakuan yang memalukan. Perlakuan itu bukan saja menyinggung Presiden Morales dan Bolivia, tapi bagi semua Amerika Latin,'' kata Presiden Brasil, Dilma Rousseff ( http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/04/mpejza-paris-minta-maaf-ke-bolivia-atas-insiden-snowden).

Presiden Argentina, Cristina Kirchner, menyebut insiden itu “sangat menghina”. Dalam akun Twitter resminya, Kirchner mengatakan, "Mereka semua gila. Kepala negara dan pesawatnya mempunyai kekebalan total." Ketua Organisasi Negara-Negara Amerika Selatan, Jose Miguel Insulza, juga menuntut penjelasan tentang insiden tersebut, yang dikatakannya membahayakan nyawa presiden (http://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/13/07/04/mpdz6u-amerika-latin-marah-atas-insiden-pesawat-kepresidenan-bolivia).

Apa yang terjadi terhadap Bolivia ini menunjukkan sikap AS tak main-main untuk mendapatkan Snowden. Beragam intervensi akan dilakukan negeri Paman Sam ini untuk mengesktradisi pria 30 tahun ini. Presiden AS, Barack Obama, mengingatkan kepada negara lain agar jangan coba-coba memberikan suaka buat Snowden atau akan memperoleh ganjaran serius (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/07/04/mpdvof-bolivia-jadi-korban-perburuan-as).**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar