Upaya
perburuan Amerika Serikat (AS) terhadap Edward J.Snowden, sang whistle blower kasus
spionase yang dilakukan badan keamanan AS (NSA) terhadap dunia, memicu
ketegangan di sejumlah negara. AS yang kalap, melancarkan aksi-aksi
pemblokadean terhadap pihak-pihak yang dianggapnya membantu pelarian Snowden. Presiden
Bolivia, Evo Morales, menjadi korban pertamanya. Pesawat yang membawa Morales dalam
perjalanan dari Rusia pulang ke negerinya, dialihkan jalur terbangnya ke
Austria karena ada kecurigaan Snowden berada di dalamnya.
Unjuk rasa kecam AS atas insiden pesawat Morales (ROL) |
Morales pun meradang
dan menyatakan kepada internasional bahwa dia telah diperlakukan tidak adil. Wakil
Presiden Bolivia, Alvaro Gacia Linera, saat memberikan keterangan pers di La
Paz seperti dikutip CNN, Selasa (2/7), mengtakan, “Ini adalah perilaku
arogan dari negara-negara yang merasa paling berkuasa.” Pesawat Kepresiden
Bolivia lepas landas dari Moskow, Rusia, Selasa (2/7), waktu setempat, dengan
maksud menuju Bandara di La Paz, Bolivia. Penerbangan ini rencananya akan transit
di Lisabon, Portugal, hanya untuk mengisi bahan bakar.
Namun pilot
kepresidenan mendadak mengumumkan tidak dapat masuk ke wilayah udara Portugal.
Otoritas Portugal berkilah ada persoalan teknis. Gagal mendarat, pilot
kepresidenan mengalihkan penerbangan ke Kepulauan Canary, Spanyol. Tapi, belum
sampai di sana, Morales dan rombongan dilarang terbang di wilayah udara Prancis
dengan alasan klasik persoalan teknis. Mereka pun terpaksa mendarat di Wina,
Austria.
“Kami
diberitahukan ada kecurigaan yang tidak mendasar di negara-negara di Eropa
tentang Snowden,” kata Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca.
Menurutnya, tudingan itu telah membuat keselamatan Presiden Bolivia dalam
bahaya. Menteri Pertahanan Bolivia, Ruben Saavedra, mengatakan, Kementerian
Luar Negeri AS kemungkinan berada di balik keputusan untuk tidak mengizinkan
pesawat Morales mendarat di Portugal atau terbang di atas wilayah Prancis.
Meskipun, lanjut Saavedra, Prancis dan Portugal pada akhirnya mempertimbangkan
kembali keputusan mereka dan mengizinkan pesawat Morales terbang wilayah udara
keduanya. Sedangkan, Spanyol dan Italia tetap tak mengizinkan pesawat Morales
melintas.
“Dua negara
telah mengubah sikap mereka, pertama Prancis dan kedua Portugas,” ujar
Saavedra. “Untuk Italia dan Spanyol, kami akan sabar dan menyelesaikan sikap
negatif mereka sesuai norma-norma internasional.” Morales, Rabu (3/7),
menegaskan tak menerima persyaratan yang diajukan Spanyol untuk memeriksa
pesawat mereka jika ingin melintas. “Kami tunggu sikap Spanyol.” (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/07/04/mpdvof-bolivia-jadi-korban-perburuan-as).
Prancis Resmi Minta Maaf
Prancis melalui pernyataan langsung presidennya,
Francois Hollande, mengatakan bertanggung jawab dan menyesali insiden tersebut.
Pernyataan maaf secara resmi Hollande ini diungkapkan saat lawatannya ke Berlin,
Jerman, Rabu (3/7). Hollande berdalih, otoritas tertinggi di Ibu Kota Paris
mengalami gagap komunikasi. Prancis berharap ungkapan maaf secara resmi ini dapat
menyelesaikan ketersinggungan diplomatik yang muncul dari insiden tersebut. ''Kami (Kemenlu) sudah menyampaikan juga lewat
komunikasi langsung dengan rekan kami (Kemenlu Bolivia). Kami mengucapkan
penyesalan,'' kata Juru Bicara Kemenlu Prancis, Philippe Lalliot, Kamis (4/7). Sementara
itu BBC News melansir, larangan itu semula
memang ada. Izin memasuki wilayah udara Prancis segera keluar setelah otoritas
udara mengetahui Morales berada dalam Jet Super Falcon tersebut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/04/mpejza-paris-minta-maaf-ke-bolivia-atas-insiden-snowden).
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg, mengatakan, rumor Snowden berada di dalam pesawat Presiden Morales itu tidak benar. Polisi Austria sempat menggeledah pesawat, tapi tidak menemukan Snowden. Karena itu negara-negara Eropa kemudian kembali membuka wilayah udara mereka bagi pesawat Morales. Dikutip BBC, Rabu (3/7), Choquehuanca, mengatakan, pihaknya tidak tahu siapa yang mengabarkan kebohongan mengenai kemungkinan Snowden berada di dalam pesawat Morales. “Tapi kami mengecam masyarakat internasional karena ketidakadilan atas pesawat Presiden Evo Morales," katanya.
Kecurigaan
AS muncul karena Morales baru saja berkunjung ke Moskow, kota di mana Snowden bersembunyi di wilayah transit bandara kota
tersebut, sejak tiba dari Hong Kong pada 23 Juni. Presiden Bolivia berada di
Moskow untuk menghadiri pertemuan negara-negara pengekspor minyak di Rusia. Bolivia
dikabarkan termasuk negara yang akan mempertimbangkan memberi suaka pada mantan
pegawai badan intelijen AS (CIA) ini. Seperti halnya beberapa negara Amerika
Latin lainnya, Bolivia juga merupakan negara yang bersikap anti-AS.
Atas insiden
ini, Duta Besar Bolivia untuk PBB, Sacha Llorenti, mengatakan, negaranya akan
mengajukan keluhan kepada Sekejn PBB, Ban Ki-moon (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/03/mpcax1-garagara-snowden-pesawat-presiden-bolivia-nyasar
/ http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/07/04/mpdvof-bolivia-jadi-korban-perburuan-as
/ http://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/13/07/04/mpdz6u-amerika-latin-marah-atas-insiden-pesawat-kepresidenan-bolivia).
Bolivia Pertimbangkan Suaka Snowden
Jejaring
anti-kerahasiaan WikiLeaks mengungkapkan, Snowden telah meminta suaka
kepada Bolivia, setelah penarikan permintaan suakanya dari Rusia, akibat
persyaratan yang disampaikan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin. Putin secara
terbuka menawarkan Snowden suaka namun dengan syarat ia berhenti mengungkap
rahasia intelijen AS yang disebut Putin sebagai negara partnernya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/03/mpc6rp-bolivia-bantah-snowden-di-pesawat-kepresidenannya).
Pada Selasa (2/6),
Morales memang pernah mengatakan bersedia mempertimbangkan permintaan suaka Snowden.
"Jika ada permintaan, tentu saja kami bersedia berdebat dan
mempertimbangkan usulan tersebut," kata Morales di televisi pemerintah
Rusia, RT, dalam pernyataan yang diterjemahkan
saluran itu dari bahasa Spanyol. Menurut laman anti-kerahasiaan WikiLeaks, Bolivia
adalah satu dari 21 negara yang dimintai suakanya oleh Snowden.
"Bolivia ada untuk melindungi, apakah itu spionase atau kontrol. Dalam
kedua kasus, kami di sini untuk membantu,” lansir RT, mengutip ucapan pemimpin sayap kiri itu saat kunjungannya ke
Moskow (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/02/mpb99a-bolivia-pertimbangkan-suaka-untuk-snowden).
Bolivia sendiri telah
mengeluarkan pernyataan menolak permintaan AS untuk mengekstradisi buronan
intelijen AS tersebut, dengan alasan karena secara hukum Snowden memang tidak
berada di wilayah Bolivia. "Ini aneh. Orang yang tidak berada di dalam
teritori sebuah negara, diminta segera dikembalikan ke Amerika Serikat,"
kata Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca.
"Bolivia
ingin menyatakan dan mengulangi secara tegas bahwa Snowden tidak pernah bertemu
Presiden Morales di Rusia maupun di dalam pesawat, ataupun saat ini (Snowden) berada
di wilayah Bolivia," kata Menteri tersebut. Choquehuanca mengekspresikan
Bolivia marah besar karena adanya permintaan ekstradisi itu telah membuat
Morales secara ilegal ditahan berdasarkan kecurigaan yang tidak mendasar.
Prancis telah menyatakan penyesalan atas insiden tersebut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/04/mpejs1-bolivia-bantah-tudingan-as-soal-ekstradisi-snowden).
Amerika Latin Kecam AS
Memiliki hubungan karib, pemimpin negara-negara
di Amerika Latin lainnya ikut mengutuk dan mendesak negara-negara yang terlibat
pelarangan pesawat Presiden Bolivia memasuki udaranya ini, untuk meminta maaf.
''Ini perlakuan yang memalukan. Perlakuan itu bukan saja menyinggung Presiden
Morales dan Bolivia, tapi bagi semua Amerika Latin,'' kata Presiden Brasil,
Dilma Rousseff ( http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/04/mpejza-paris-minta-maaf-ke-bolivia-atas-insiden-snowden).
Presiden Argentina, Cristina Kirchner, menyebut
insiden itu “sangat menghina”. Dalam akun Twitter resminya, Kirchner mengatakan,
"Mereka semua gila. Kepala negara dan pesawatnya mempunyai kekebalan
total." Ketua Organisasi Negara-Negara Amerika Selatan, Jose Miguel
Insulza, juga menuntut penjelasan tentang insiden tersebut, yang dikatakannya
membahayakan nyawa presiden (http://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/13/07/04/mpdz6u-amerika-latin-marah-atas-insiden-pesawat-kepresidenan-bolivia).
Apa yang terjadi
terhadap Bolivia ini menunjukkan sikap AS tak main-main untuk mendapatkan
Snowden. Beragam intervensi akan dilakukan negeri Paman Sam ini untuk
mengesktradisi pria 30 tahun ini. Presiden AS, Barack Obama, mengingatkan
kepada negara lain agar jangan coba-coba memberikan suaka buat Snowden atau akan
memperoleh ganjaran serius (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/07/04/mpdvof-bolivia-jadi-korban-perburuan-as).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar