“Zaura:
jika pada saat menggosok gigi gusi berdarah, jangan berhenti digosok“
Kenapa
penting menyikat gigi sebelum tidur, khususnya tidur malam yang lebih panjang? Ketua
Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Drg Zaura Anggraini,
menjelaskan, pada malam hari, aktivitas mulut berkurang, dan secara otomatis
air liur juga berkurang. Hal ini mengakibatkan jumlah bakteri di dalam mulut
meningkat dua kali lipat. Dampak selanjutnya mudah ditebak, karies merajalela,
dan menjadi rumah bagi kuman dan bakteri yang dapat masuk melalui pembuluh
darah ke seluruh organ tubuh manusia.
ROL |
Tapi
jangan salah, sebenarnya bukan bakteri yang menyebabkan gigi berlubang alias
karies. Gigi mengalami karies karena makanan
yang tersisa disela-sela gigi akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam. “Nah,
asam inilah yang berbahaya karena melarutkan mineral gigi sehingga
mengakibatkan karies," katanya di Jakarta, Jumat (5/7/13). Karena itu
manusia disarankan menyikat gigi minimal dua kali sehari.
Selain
itu dianjurkan juga agar memeriksakan gigi minimal setiap enam bulan sekali. "Sayangnya,
menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, hanya 13,3 persen masyarakat Indonesia yang
rutin memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali ke dokter gigi. Ini sangat
memprihatinkan," keluh Zaura. Zaura mengemukakan masyarakat seharusnya
sadar akan pentingnya merawat dan menjaga kesehatan gigi, sebab gigi merupakan
salah satu organ penting yang dapat memengaruhi kesehatan (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/07/07/mph4bh-cegah-karies-gigi-dengan-cara-ini).
Lebih
lanjut Zaura menjelaskan, karies itu sama dengan proses pembusukan gigi. Di situlah
kata dia, berbagai kuman dan bakteri berkumpul yang dapat menyerang saraf gigi.
Gigi yang membusuk itu kata Zaura, akan menjadi jalan masuk bakteri ke dalam
pembuluh darah. "Ketika sistem ketahanan
tubuh korban lemah, misalnya dia punya sakit jantung atau ginjal, atau sistem
pernapasan, bahkan nyeri sendi, bakteri itu bisa berhenti di situ dan
menimbulkan peradangan-peradangan yang menyebabkan penyakit kronis," papar
Zaura.
Zaura
mengungkapkan contoh terburuk bakteri dan kuman pada karies gigi yang bisa
menyerang organ tubuh, yakni menyerang bagian ginjal hingga menimbulkan infeksi
pada ginjal. Jika sudah begini, penderita akan mengalami gagal ginjal yang
mengaruskannya melakukan cuci darah berkala. Pada penderita penyakit jantung,
bakteri dari gigi dapat menimbulkan peradangan otot jantung. Sementara pada ibu
hamil, karies gigi dapat mengakibatkan kelahiran prematur hingga keguguran. (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/07/07/mph47g-jangan-pandang-remeh-karies-gigi).
Dijelaskan
Zaura, ibu hamil dengan kondisi gigi yang mengalami kerusakan parah akan
merangsang keluarnya hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin ini bersifat
merangsang timbulnya kontraksi pada rahim, sehingga bila rahim terus menerus
mengalami kontraksi maka akan mengancam terjadinya kelahiran prematur bahkan
keguguran. Perubahan hormon yang dialami ibu hamil ini dapat menyebabkan
kondisi gusi menjadi lebih lunak, sehingga dapat memicu terjadinya peradangan
gusi, terutama pada ibu hamil dengan kondisi gigi dan mulut yang tidak dirawat
dan dibersihkan dengan baik.
"Ini
diawali dengan tanda gusi berdarah, meskipun seringkali dianggap sepele, tapi
ini bisa berbahaya," kata Zaura. Zaura memaparkan gusi berdarah sudah
menandakan adanya peradangan gusi. "Kalau terjadi perdarahan gusi pada
saat menyikat gigi, berarti ada yang belum bersih sehingga terjadi
inflamasi," ujar Zaura. Namun sekali lagi Zura mengegaskan, bila saat
menyikat gigi terjadi perdarahan sebaiknya jangan takut dan teruskan menyikat
gigi, karena kondisi ini menandakan adanya plak atau sisa makanan yang masih
menempel (http://www.republika.co.id/berita/humaira/ibu-anak/13/07/06/mph3xl-kerusakan-gigi-sebabkan-keguguran-pada-ibu-hamil).
Plak alias Karang Gigi
Dan
siapa sangka keberadaan plak (karang gigi) selain dapat mengganggu pernapasan, juga mengganggu pencernaan, mata cepat lelah, hingga leher maupun tengkuk terasa
pegal. Dokter gigi Grace W. Susanto dalam bukunya Terapi Gusi untuk
Kesehatan dan Kecantikan, menyebutkan,
iritasi karang gigi di daerah gigi depan bawah biasanya menyebabkan
napas besar, napas pendek, sedikit terasa lelah bila naik tangga, atau mudah
lelah walaupun bekerja sedikit. Terkadang juga disertai dengan gejala gangguan
pencernaan.
Peradangan
di area gigi depan atas bisa menimbulkan efek pada daerah mata. Jika area alis
dan atas kelopak mata ditekan akan terasa sakit sehingga mata cepat lelah dan
pegal, apalagi bagi yang setiap hari beraktivitas dengan komputer. Sementara
jika plak banyak dijumpai di gigi geraham atas, dapat menyebabkan pegal pada
daerah leher dan tengkuk, serta pegal pada bahu bila plak ada pada geraham
bawah.
Dijelaskan
juga bahwa karang gigi mudah terbentuk pada gigi orang yang memiliki pH air
liur yang tinggi (>7), atau bersifat basa. Proses terjadinya adalah karena
pertemuan antara air liur yang bersifat basa dengan sisa-sisa makanan yang
bersifat asam. Jika dibiarkan, perpaduan keduanya ini akan mengeras di
sela-sela gigi dan gusi dan menjadi karang gigi yang mengeras. Karang gigi paling sering timbul di daerah
gigi depan bawah dan geraham atas kiri dan kanan karena area-area itu
berdekatan dengan muara kelenjar air liur. Umumnya menempel pada daerah leher
gigi, diawali dengan terbentuknya karang di bagian permukaan dalam gigi,
karang gigi lantas menjalar ke bagian depan gigi, bahkan juga bisa meluas pada
gigi bagian depan atas.
Untuk
membersihkan karang gigi yang sudah terlanjur terbentuk, seseorang harus pergi
ke dokter gigi. Namun untuk pencegahan, jagalah
kondisi gigi dalam keadaan bersih, biasakan minum air putih atau berkumur usai
mengonsumsi makanan yang mudah melekat, apalagi makanan yang bersifat manis dan
tergolong karbohidrat (http://www.readersdigest.co.id/sehat/info.medis/efek.samping.karang.gigi/005/001/205).
Menyikat gigi
sehari dua kali, adalah cara paling minimalis merawat gigi. Guru Besar Universitas Airlangga Prof. Dr. Sri Kunarti
Prijambodo, drg., MS., Sp. KG (K), mengatakan, membersihan gigi dengan (hanya) menyikat
diyakini tidak menjamin terbebas dari plak dan karies, karena cara tersebut
juga tidak menjamin bersihnya sisa makanan dari sela gigi. "Gigi adalah
bagian tubuh yang sangat sensitif sehingga membutuhkan perawatan
intensif," kata Sri.
Sri mendefinisikan karies sebagai hilangnya ion mineral dari
enamel mahkota gigi maupun permukaan akar gigi secara terus-menerus. Makanan
mengandung gula adalah agen terbaik pemicu karies. Karena itu Sri tak hanya
menyarankan sikat gigi, melainkan juga memakai benang gigi (floss) hingga berkumur
dengan cairan "mouthwash". "Usahakan memakai pasta gigi dan mouthwash yang mengandung fluor. Ini
merupakan pencegahan dini terhadap karies gigi," katanya. Mengapa ini
penting, karena gigi yang sudah berkaries tidak bisa disembuhkan. Sementara
masyarakat umunya akan datang ke dokter gigi setelah giginya mengalami karies (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/09/17/135106-menyikat-gigi-tak-jamin-karies-lho-).
Zaura menambahkan,
gigi sehat tidak harus putih. Secara genetik kata Zaura, hal tersebut sudah
diatur. “Orang yang kulitnya putih giginya keabu-abuan, yang kulitnya hitam
giginya putih, yang kulitnya seperti kita cenderung kuning," jelasnya. Gigi
sehat kata Zaura, adalah gigi yang bersih dari plak, tidak berlubang, dan gusi
tidak mudah berdarah. Jika pada gigi terdapat plak (karang gigi) harus segera
dibersihkan. Gigi berlubang harus segera ditambal. Jika pada saat menggosok
gigi gusi berdarah, dia menyarankan agar terus digosok. "Jika saat meludah
ada warna merah atau putih jangan berhenti menyikat, justru harus terus
disikat," katanya (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/09/01/15/26192-cegah-karies-berkat-sikat-gigi-dengan-benar).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar