7/08/2013

Karies Gigi Bisa Bikin Gagal Ginjal hingga Kelahiran Prematur



“Zaura: jika pada saat menggosok gigi gusi berdarah, jangan berhenti digosok“

Kenapa penting menyikat gigi sebelum tidur, khususnya tidur malam yang lebih panjang? Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Drg Zaura Anggraini, menjelaskan, pada malam hari, aktivitas mulut berkurang, dan secara otomatis air liur juga berkurang. Hal ini mengakibatkan jumlah bakteri di dalam mulut meningkat dua kali lipat. Dampak selanjutnya mudah ditebak, karies merajalela, dan menjadi rumah bagi kuman dan bakteri yang dapat masuk melalui pembuluh darah ke seluruh organ tubuh manusia.

ROL
Tapi jangan salah, sebenarnya bukan bakteri yang menyebabkan gigi berlubang alias karies. Gigi mengalami karies karena  makanan yang tersisa disela-sela gigi akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam. “Nah, asam inilah yang berbahaya karena melarutkan mineral gigi sehingga mengakibatkan karies," katanya di Jakarta, Jumat (5/7/13). Karena itu manusia disarankan menyikat gigi minimal dua kali sehari.

Selain itu dianjurkan juga agar memeriksakan gigi minimal setiap enam bulan sekali. "Sayangnya, menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, hanya 13,3 persen masyarakat Indonesia yang rutin memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali ke dokter gigi. Ini sangat memprihatinkan," keluh Zaura. Zaura mengemukakan masyarakat seharusnya sadar akan pentingnya merawat dan menjaga kesehatan gigi, sebab gigi merupakan salah satu organ penting yang dapat memengaruhi kesehatan (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/07/07/mph4bh-cegah-karies-gigi-dengan-cara-ini).

Lebih lanjut Zaura menjelaskan, karies itu sama dengan proses pembusukan gigi. Di situlah kata dia, berbagai kuman dan bakteri berkumpul yang dapat menyerang saraf gigi. Gigi yang membusuk itu kata Zaura, akan menjadi jalan masuk bakteri ke dalam pembuluh darah.  "Ketika sistem ketahanan tubuh korban lemah, misalnya dia punya sakit jantung atau ginjal, atau sistem pernapasan, bahkan nyeri sendi, bakteri itu bisa berhenti di situ dan menimbulkan peradangan-peradangan yang menyebabkan penyakit kronis," papar Zaura.

Zaura mengungkapkan contoh terburuk bakteri dan kuman pada karies gigi yang bisa menyerang organ tubuh, yakni menyerang bagian ginjal hingga menimbulkan infeksi pada ginjal. Jika sudah begini, penderita akan mengalami gagal ginjal yang mengaruskannya melakukan cuci darah berkala. Pada penderita penyakit jantung, bakteri dari gigi dapat menimbulkan peradangan otot jantung. Sementara pada ibu hamil, karies gigi dapat mengakibatkan kelahiran prematur hingga keguguran. (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/07/07/mph47g-jangan-pandang-remeh-karies-gigi).

Dijelaskan Zaura, ibu hamil dengan kondisi gigi yang mengalami kerusakan parah akan merangsang keluarnya hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin ini bersifat merangsang timbulnya kontraksi pada rahim, sehingga bila rahim terus menerus mengalami kontraksi maka akan mengancam terjadinya kelahiran prematur bahkan keguguran. Perubahan hormon yang dialami ibu hamil ini dapat menyebabkan kondisi gusi menjadi lebih lunak, sehingga dapat memicu terjadinya peradangan gusi, terutama pada ibu hamil dengan kondisi gigi dan mulut yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik.

"Ini diawali dengan tanda gusi berdarah, meskipun seringkali dianggap sepele, tapi ini bisa berbahaya," kata Zaura. Zaura memaparkan gusi berdarah sudah menandakan adanya peradangan gusi. "Kalau terjadi perdarahan gusi pada saat menyikat gigi, berarti ada yang belum bersih sehingga terjadi inflamasi," ujar Zaura. Namun sekali lagi Zura mengegaskan, bila saat menyikat gigi terjadi perdarahan sebaiknya jangan takut dan teruskan menyikat gigi, karena kondisi ini menandakan adanya plak atau sisa makanan yang masih menempel (http://www.republika.co.id/berita/humaira/ibu-anak/13/07/06/mph3xl-kerusakan-gigi-sebabkan-keguguran-pada-ibu-hamil).

Plak alias Karang Gigi
Dan siapa sangka keberadaan plak (karang gigi) selain dapat mengganggu pernapasan, juga mengganggu pencernaan,  mata cepat lelah, hingga leher maupun tengkuk terasa pegal. Dokter gigi Grace W. Susanto dalam bukunya Terapi Gusi untuk Kesehatan dan Kecantikan, menyebutkan, iritasi karang gigi di daerah gigi depan bawah biasanya menyebabkan napas besar, napas pendek, sedikit terasa lelah bila naik tangga, atau mudah lelah walaupun bekerja sedikit. Terkadang juga disertai dengan gejala gangguan pencernaan.

Peradangan di area gigi depan atas bisa menimbulkan efek pada daerah mata. Jika area alis dan atas kelopak mata ditekan akan terasa sakit sehingga mata cepat lelah dan pegal, apalagi bagi yang setiap hari beraktivitas dengan komputer. Sementara jika plak banyak dijumpai di gigi geraham atas, dapat menyebabkan pegal pada daerah leher dan tengkuk, serta pegal pada bahu bila plak ada pada geraham bawah.

Dijelaskan juga bahwa karang gigi mudah terbentuk pada gigi orang yang memiliki pH air liur yang tinggi (>7), atau bersifat basa. Proses terjadinya adalah karena pertemuan antara air liur yang bersifat basa dengan sisa-sisa makanan yang bersifat asam. Jika dibiarkan, perpaduan keduanya ini akan mengeras di sela-sela gigi dan gusi dan menjadi karang gigi yang mengeras.  Karang gigi paling sering timbul di daerah gigi depan bawah dan geraham atas kiri dan kanan karena area-area itu berdekatan dengan muara kelenjar air liur. Umumnya menempel pada daerah leher gigi, diawali dengan terbentuknya karang di bagian permukaan dalam gigi,  karang gigi lantas menjalar ke bagian depan gigi, bahkan juga bisa meluas pada gigi bagian depan atas.
Untuk membersihkan karang gigi yang sudah terlanjur terbentuk, seseorang harus pergi ke dokter gigi. Namun untuk pencegahan,  jagalah kondisi gigi dalam keadaan bersih, biasakan minum air putih atau berkumur usai mengonsumsi makanan yang mudah melekat, apalagi makanan yang bersifat manis dan tergolong karbohidrat (http://www.readersdigest.co.id/sehat/info.medis/efek.samping.karang.gigi/005/001/205).

Menyikat gigi sehari dua kali, adalah cara paling minimalis merawat gigi. Guru Besar Universitas Airlangga Prof. Dr. Sri Kunarti Prijambodo, drg., MS., Sp. KG (K), mengatakan, membersihan gigi dengan (hanya) menyikat diyakini tidak menjamin terbebas dari plak dan karies, karena cara tersebut juga tidak menjamin bersihnya sisa makanan dari sela gigi. "Gigi adalah bagian tubuh yang sangat sensitif sehingga membutuhkan perawatan intensif," kata Sri.

Sri mendefinisikan karies sebagai hilangnya ion mineral dari enamel mahkota gigi maupun permukaan akar gigi secara terus-menerus. Makanan mengandung gula adalah agen terbaik pemicu karies. Karena itu Sri tak hanya menyarankan sikat gigi, melainkan juga memakai benang gigi (floss) hingga berkumur dengan cairan "mouthwash". "Usahakan memakai pasta gigi dan mouthwash yang mengandung fluor. Ini merupakan pencegahan dini terhadap karies gigi," katanya. Mengapa ini penting, karena gigi yang sudah berkaries tidak bisa disembuhkan. Sementara masyarakat umunya akan datang ke dokter gigi setelah giginya mengalami karies (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/09/17/135106-menyikat-gigi-tak-jamin-karies-lho-).

Zaura menambahkan, gigi sehat tidak harus putih. Secara genetik kata Zaura, hal tersebut sudah diatur. “Orang yang kulitnya putih giginya keabu-abuan, yang kulitnya hitam giginya putih, yang kulitnya seperti kita cenderung kuning," jelasnya. Gigi sehat kata Zaura, adalah gigi yang bersih dari plak, tidak berlubang, dan gusi tidak mudah berdarah. Jika pada gigi terdapat plak (karang gigi) harus segera dibersihkan. Gigi berlubang harus segera ditambal. Jika pada saat menggosok gigi gusi berdarah, dia menyarankan agar terus digosok. "Jika saat meludah ada warna merah atau putih jangan berhenti menyikat, justru harus terus disikat," katanya (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/09/01/15/26192-cegah-karies-berkat-sikat-gigi-dengan-benar).**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar