“DPR: Padahal BI
(tadinya) berniat akan meningkatkan rasio kredit perbankan terhadap Produk Domestik Bruto
Indonesia. Ini yang kami pertanyakan. Di mana komitmen Pak Agus? Belum lama
menjabat sudah menaikkan BI rate"
Sebelum
BI Rate resmi dinaikkan pada pertengahan Juni lalu, sembilan Bank Pembangunan
Daerah (BPD) ternyata sudah menyalip di tikungan dengan menaikkan suku bunganya
lebih dulu. Kenaikan BI rate ini jika diterapkan pada suku bunga deposito akan melebarkan
senyum para deposan. Namun akan menjadi kabar buruk bagi sektor riil jika diterapkan pada suku bunga kredit. Ekonom
mengatakan, bank melakukan ini karena tidak mau kekurangan likuiditas akibat
pelarian dana nasabah ke investasi bidang lain. Akan tetapi, bank diimbau agar tetap
menahan suku bunga kreditnya.
ROL |
Berdasarkan data
suku bunga dasar kredit (SBDK) Mei 2013 yang dipublikasikan Bank Indonesia
(BI), sembilan BPD tersebut adalah Bank BJB (Jabar-Banten), BPD Kalimantan
Barat, BPD Kalimantan Timur, BPD Kalimantan Selatan, BPD Bali, BPD Riau dan
Kepulauan Riau, BPD Papua, BPD Sumatera Utara, dan BPD Aceh. Sementara itu,
kelompok bank besar seperti Bank Mandiri, BRI, BCA, CIMB Niaga, dan Bank Mega, masih
mempertahankan suku bunga kreditnya (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/07/08/mplogo-sembilan-bpd-naikkan-bunga-sebelum-pengumuman-bi-rate).
Pada
13 Juni lalu, Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan suku bunga acuan BI rate
sebesar 25 basis poin dari 5,75 persen menjadi 6,00 persen. Langkah ini diambil
BI sebagai bagian kebijakan untuk merespon ekspektasi inflasi dan memelihara
kestabilan moneter. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo dalam siaran
pers di Jakarta, Kamis (13/6) mengatakan, rapat Dewan Gubernur BI memutuskan
suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility
tetap masing-masing sebesar 4,25 persen dan 6,75 persen (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/06/13/mobjk7-bi-rate-naik-25-basis-poin).
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah menyaebutkan, pihaknya masih memantau bank-bank mana saja yang bereaksi dengan menaikkan suku bunga kredit atau tidak, dengan alasan menjaga pangsa pasarnya. "Atau sebaliknya, karena ingin mendapatkan sumber dana yang lebih banyak dia menaikkan suku bunga depositonya. Tapi ada juga yang mungkin dua-duanya tidak dilakukan untuk mengurangi marginnya," papar Halim (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/06/14/modkax-bi-pantau-dampak-bunga-acuan-terhadap-perbankan).
Ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, menilai, kebijakan BI menaikkan ke angka 6 ini sudah tepat. Jika BI menaikkan suku bunga acuan terlalu besar kata Tony, bisa ditangkap oleh pasar sebagai sikap panik. "Ini bisa meniupkan sentimen negatif ke pasar," ujarnya (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/06/13/mobt3e-pengamat-kenaikan-bi-rate-sudah-tepat). Namun meskipun BI menetapkan suku bunga deposito tetap, dengan alasan konsumen sudah tidak mau dengan BI rate yang lama, maka sejumlah perbankan juga menaikkan suku bunga depositonya. Tony yang juga Komisaris Utama PT Bank Permata Tbk, mengatakan, ekspektasi inflasi yang telah mencapai 7 persen ketika itu membuat perbankan cemas akan mengalami kekurangan likuiditas. "Konsumen sudah tidak mau dengan BI Rate yang lama. Jadi kasarnya mereka (bank)membuat BI Rate sendiri," ujar Tony, Rabu (3/7).
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah menyaebutkan, pihaknya masih memantau bank-bank mana saja yang bereaksi dengan menaikkan suku bunga kredit atau tidak, dengan alasan menjaga pangsa pasarnya. "Atau sebaliknya, karena ingin mendapatkan sumber dana yang lebih banyak dia menaikkan suku bunga depositonya. Tapi ada juga yang mungkin dua-duanya tidak dilakukan untuk mengurangi marginnya," papar Halim (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/06/14/modkax-bi-pantau-dampak-bunga-acuan-terhadap-perbankan).
Ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM), Tony Prasetiantono, menilai, kebijakan BI menaikkan ke angka 6 ini sudah tepat. Jika BI menaikkan suku bunga acuan terlalu besar kata Tony, bisa ditangkap oleh pasar sebagai sikap panik. "Ini bisa meniupkan sentimen negatif ke pasar," ujarnya (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/06/13/mobt3e-pengamat-kenaikan-bi-rate-sudah-tepat). Namun meskipun BI menetapkan suku bunga deposito tetap, dengan alasan konsumen sudah tidak mau dengan BI rate yang lama, maka sejumlah perbankan juga menaikkan suku bunga depositonya. Tony yang juga Komisaris Utama PT Bank Permata Tbk, mengatakan, ekspektasi inflasi yang telah mencapai 7 persen ketika itu membuat perbankan cemas akan mengalami kekurangan likuiditas. "Konsumen sudah tidak mau dengan BI Rate yang lama. Jadi kasarnya mereka (bank)membuat BI Rate sendiri," ujar Tony, Rabu (3/7).
Tony menilai
dana di perbankan lari ke pasar modal, yang tercermin dari naiknya Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Selain itu, nasabah juga memakai dana mereka yang sebelumnya
disimpan di bank untuk membeli dolar AS (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/07/03/mpcr0m-bi-rate-diprediksi-naik-lagi).
Apalagi dengan tingkat inflasi yang tetap lebih tinggi daripada BI rate, dapat
membuat Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan “datar” karena bunga yang tak
menarik. Karenanya nasabah lari ke tempat lain.
Menurut catatan
Tony, ada satu bank milik investor Singapura yang merekam dana keluar sebesar
Rp 4 triliun. Padahal, bank tersebut masuk 10 besar. Menurutnya, hal tersebut
menandakan nasabah sudah tidak mau menyimpan dana dengan posisi BI rate yang
sama. Bila hal ini berlangsung lama, akan berdampak pada krisis likuiditas
perbankan.
Maka dari itu,
bank harus menaikkan suku bunga deposito. Bila tidak, kredit bisa tumbuh jauh
lebih kencang daripada DPK. Inilah yang bisa membuat rasio kredit terhadap
simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) menanjak. Per April 2013, posisi LDR
perbankan yakni 84,73%. Ini meningkat dibanding posisi April tahun lalu yaitu
82,48% (http://www.infovesta.com/infovesta/news/readnews.jsp?id=cc866cd2-e3bb-11e2-99c7-00241deccd15).
Tahan Suku Bunga Kredit
Namun
Tony menimbau perbankan tetap menahan suku bunga kreditnya untuk mencegah
tingginya kredit macet (NPL/non performing loan). Kenaikan suku bunga kredit
juga akan mengganggu pertumbuhan kredit. Bank harus dapat menjaga pertumbuhan
kredit di atas 20 persen. Ia
memproyeksikan jika suku bunga kredit naik, pertumbuhan kredit nasional akan
berada sedikit di bawah 20 persen. "Kalau mengganggu pertumbuhan kredit, kan
pada akhirnya mengganggu pertumbuhan laba," ujar Tony. Perbankan di
Indonesia mendapatkan laba dari pertumbuhan kredit karena mayoritas belum
memaksimalkan laba dari fee based income
(http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/07/03/mpcr0m-bi-rate-diprediksi-naik-lagi).
Kebijakan
BI menaikan BI rate antara lain disebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
yang belakangan ini terus memburuk. Dikatakan Tony, kenaikan BI rate cukup
diperlukan untuk mengurangi beban biaya intervensi BI terhadap pasar. BI sendiri
berdalih bahwa kebijakan tersebut merupakan bagian dari bauran kebijakannya untuk
secara pre-emptive merespons meningkatnya
ekspektasi inflasi serta memelihara kestabilan makro-ekonomi dan stabilitas
sistem keuangan di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/06/13/mobt3e-pengamat-kenaikan-bi-rate-sudah-tepat).
Gubernur BI Ingkar
Janji
Sementara
itu Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Harry
Azhar Azis, mempertanyakan komitmen Agus Martowardojo untuk memangkas BI rate.
Penaikan BI rate ini kata Harry, tidak sesuai janji Agus. “Kami mempertanyakan
sikap ini. Saat menjalani fit and proper
test, Pak Agus pernah berjanji akan menurunkan BI rate, tetapi ini malah
menaikkan," kata Harry, Kamis (13/6) lalu.
Keputusan
ini kata Harry, akan berdampak tidak
baik terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor riil, khususnya bagi pertumbuhan
kredit perbankan. "Padahal BI berniat akan meningkatkan rasio kredit
perbankan terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Ini yang dipertanyakan,
dimana komitmen Pak Agus? Belum lama menjabat sudah menaikkan BI rate,"
katanya (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/06/13/moc9ck-legislator-persoalkan-kenaikan-bi-rate).
Sektor riil adalah sektor yang perkembangannya sangat tergantung pada kucuran kredit
perbankan, termasuk di dalamnya adalah usaha kecil menengah.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar