7/02/2013

Uni Eropa Berang pada Program Spionase Washington



Prancis, Italia, dan Yunani, termasuk di antara 38 sasaran program spionase Amerika Serikat (AS) terhadap dunia. Laporan itu berdasar dokumen yang dibocorkan Edward J. Snowden, mantan pegawai Central Intelligent Agency (CIA), ke surat kabar The Guardian. Sebelumnya dilaporkan juga bahwa Cina berada dalam pengawasan program mata-mata AS tersebut, yakni dengan memata-matai para pelanggan telepon seluler (ponsel) negeri tirai bambu ini. Negara lain yang disasar adalah Jepang, Meksiko, Korea Selatan, India, dan Turki. 

"Ada yang salah dengan NSA" (ROL)
Salah satu bocoran arsip milik Badan Keamanan Negara Amerika Serikat (NSA/National Security Agency) itu menyatakan, pejabat sandi menyasar kedutaan dan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menanamkan penyadap pada sarana elektronika komunikasi. Laman The Guardian pada Minggu (30/6) melaporkan, mereka memanfaatkan kabel dan mengumpulkan komunikasi dengan antena khusus. 

Upaya ini kata laporan tersebut, dilakukan untuk menguping (aktivitas di) kedutaan Prancis, Italia, dan Yunani, dari Washington DC; kota pusat pemerintahan AS. Sementara Jepang, Meksiko, Korea Selatan, India, dan Turki, disebut-sebut dalam dokumen tersebut sebagai sasaran spionase AS pada 2010. Mingguan Jerman, Der Spiegel, sebelumnya mengungkapkan bahwa Uni Eropa (UE) adalah salah satu sasaran program besar spionase Washington via internet ini. Hal ini diketahui dengan adanya penyadap tersembunyi di kantor UE yang ada di Brussels (Belgia) dan AS.

Menurut dokumen yang diterima The Guardian, alat penyadap ini ditanam pada mesin fax yang tersandikan di kedutaan UE di Washington. Penyadapan itu bagian dari gerakan "Perdido", yang diduga untuk mempelajari perpecahan di antara negara anggota. Aksi penyadapan terhadap kantor Prancis untuk PBB diberi kata sandi "Blackfoot", sedangkan untuk kedutaannya di Washington dinamai "Wabash". Sementara itu kedutaan Italia di Washington juga disasar dengan kata sandi "Bruneau". UE, Paris, dan Berlin, Minggu (30/6) menanggapi dengan berang dan menuntut jawaban atas tuduhan Washington menyadap kantor badan Eropa itu (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/01/mp9gql-as-juga-sadap-kantor-kedutaan-prancis-italia-yunani).

UE dan AS Bisa Menegang
Laporan mengenai pengintaian AS ini diperkuat reportase yang dilakukan mingguan Jerman, Der Spiegel, dalam edisi yang diluncurkan Minggu. Majalah ini mengatakan klaim didasarkan atas dokumen-dokumen rahasia yang sebagian bisa diketahui melalui si pembocor rahasia intelijen AS, Edward Snowden. Snowden pada Juni ini membocorkan informasi rahasia pemerintah AS mengenai program yang disebut sebagai PRISM yang dijalankan oleh NSA. 

''Dokumen tertanggal bulan September 2010 dan dikategorikan sebagai 'sangat rahasia' itu menjelaskan bagaimana program rahasia NSA terus mengawasi misi-misi diplomatik UE di Washington,'' kata majalah itu. Mikrofon-mikrofon, lanjut laporan Der Spiegel, dipasang di gedung, sementara jaringan komputer telah disusupi sehingga NSA bisa mengakses surat-surat elektronik dan dokumen-dokumen internal.

''Perwakilan UE di PBB juga menjadi target pengintaian serupa,'' sebut laporan Der Spiegel, seraya menambahkan bahwa dokumen-dokumen yang bocor itu secara spesifik merujuk pihak-pihak Eropa sebagai target. ''Kegiatan mata-mata meluas ke markas besar UE yang beranggotakan 27 negara di Brussels,'' sebut Der Spiegel lagi, dengan merujuk pada insiden yang terjadi lebih dari lima tahun lalu ketika para pakar keamanan UE menemukan alat-alat penyadap internet dan telepon di gedung Justus Lipsius.

Pada 2003, UE mengumumkan pihaknya telah menemukan alat penyadap telepon di gedung tersebut yang menarget kantor-kantor sejumlah negara, termasuk Jerman, Inggris dan Prancis. Namun, belum diketahui apakah Der Spiegel merujuk kepada kasus ini. Dalam tanggapan yang dikeluarkan di laman majalah tersebut, ketua Parlemen Eropa, Martin Schulz, mengatakan, pihaknya memerlukan lebih banyak informasi. Namun jika tuduhan menyangkut kegiatan mata-mata itu bisa dibuktikan dengan benar, maka masalah ini menjadi skandal yang sangat besar. "Ini akan menyebabkan ketegangan dalam hubungan antara UE dan AS," tambahnya.

Menteri Luar Negeri Luxemburg, Jean Asselborn, mengatakan, “Akan lebih baik bagi AS untuk mengawasi badan-badan intelijennya daripada mengawasi sekutu-sekutunya," katanya. Program super rahasia PRISM dijalankan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi dari para pengguna internet dan telepon di seluruh dunia. Caranya dengan mendapatkan akses data dari Google, Yahoo!, dan perusahaan-perusahaan internet lainnya.

Para pejabat AS berdalih, informasi yang dikumpulkan merupakan unsur penting dalam memerangi terorisme global. UE sebelummnya menuntut jawaban segera dari Washington tentang program tersebut. UE juga memperingatkan tentang konsekuensi-konsekuensi yang mengerikan (atas program mata-mata AS ini) bagi hak-hak para warga negara-negara anggota UE (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/30/mp6gmr-laporan-as-matamatai-pejabat-uni-eropa).


Menanggapi kecaman negara-negara Eropa yang umumnya sekutunya sendiri ini, Presiden AS, Barack Obama, balik menuding bahwa UE juga memata-matai AS. "Kita harus menetapkan bahwa setiap dinas intelijen, bukan hanya kita (AS), tapi setiap dinas intelijen Eropa, Asia, dan di mana pun, ada badan intelijen(nya)...," ujar Obama bersayap-sayap, seperti dikutip the Guardian, Selasa (2/7). Obama mengaku merasa prihatin dengan tuduhan bahwa NSA memata-matai negara lain. Di tengah usaha Gedung Putih mengurangi dampak diplomatik kontroversi kasus ini, Obama berusaha meyakinkan pemimpin dunia bahwa spionase tidak menandakan kurangnya kepercayaan AS pada negara-negara lain (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/02/mpazvf-obama-bukan-hanya-as-yang-melakukan-penyadapan).

Assange Jamin Bocoran Snowden Dipublikasikan
Sehari sebelum munculnya kabar terbaru ihwal spionase AS  terhadap negara-negara UE dan lembaga-lembaganya ini, pendiri WikiLeaks, Julian Assange, menyatakan, Snowden telah memastikan bahwa semua informasi yang ia ketahui mengenai program mata-mata AS akan terus dipublikasikan terlepas kejadian yang telah menimpa pria yang juga mantan kontraktor NSA ini. Pada kesempatan itu, Assange juga mengritik AS yang telah mencabut dan mematikan paspor Snowden. Dia lalu sesumbar bahwa langkah AS itu tidak akan menghentikan informasi rahasia yang diambil Snowden untuk sampai kepada khalayak.

"Jadi tidak ada yang bisa menghentikan proses publikasi pada tahap ini," ujar Assange dalam wawancara dengan ABC dalam tayangan televisi This Week. "Penangangan luar biasa telah dilakukan demi memastikan Snowden tidak mendapat tekanan dari  negara mana pun untuk menghentikan proses publikasi informasi," ujarnya. Assange tidak menanggapi langsung ketika ditanya apakah WikiLeaks memiliki file-file Snowden. Pekan lalu, jurnalis The Guardian, Glenn Greenwald, yang pertama kali memublikasikan informasi rahasia yang diberikan Snowden, menuturkan, Snowden telah membuat salinan file terenkripsi dan mendistribusikan ke sejumlah nama sebagai antisipasi bila sesuatu terjadi padanya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/01/mp8jhm-julian-assange-seluruh-file-snowden-akan-dipublikasikan).

Paranoia pun merambati dunia. Salah seorang pejabat tinggi intelijen Australia memperingatkan, tidak mustahil terjadinya penyusupan terhadap badan tersebut yang bisa mengakibatkan pembocoran rahasia sebagaimana yang pernah dilakukan Snowden. Wartawan Radio Australia melaporkan, pejabat tinggi tersebut bertanggung jawab pada tugas-tugas yang mirip tugas-tugas yang dilakukan NSA. Kemungkinan ini kian mencemaskan pihak intelijen Australia. Namun dikatakannya, sistem penyaringan yang berlaku di Australia terus menerus ditinjau ulang.

Ditambahkannya, perubahan teknologi merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat intelijen, seiring meningkat pesatnya kejahatan di dunia maya (cyber). Menurut pejabat tinggi intelijen Australia itu, 80% dari serangan cyber yang terlacak oleh pihak intelijen Australia didalangi oleh pihak asing (http://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/13/06/29/mp4oxh-ada-penyusupan-di-badan-intel-australia).

Atas bocornya rahasia intelijen negaranya, Barack Obama bukannya merasa malu telah terbukti memata-matai negara-negara sekutunya. Dia malah sibuk mengeluhkan bahwa dengan bocornya program pengintaian rahasia pemerintah oleh seorang mantan kontraktor intelijen, menunjukkan adanya kerapuhan yang signifikan di NSA. Curhat Obama ini dipaparkan saat dia berkunjung ke Dakar, Senegal, Kamis (27/6), di depan wartawan dan Presiden Senegal, Macky Sall. Obama mengatakan, ia tidak ingin melakukan tawar-menawar dengan pemerintah-pemerintah asing untuk memastikan kepulangan Edward Snowden sehingga bisa dihadapkan ke pengadilan atas tuduhan spionase (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/28/mp2rb6-obama-akui-badan-keamanan-nasional-as-rapuh)**

Artikel terkait:

PelarianSnowden ke Ekuador Dikawal Melalui Jalur Aman



Tidak ada komentar:

Posting Komentar