Sejak
masuk menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia yang baru, Pulau Komodo kini mulai
dikenal dunia. Aktris ternama Hollywood, Gwyneth Paltrow, bahkan menjadikan
pulau ini sebagai tujuan libur musim panasnya pada Mei 2013 lalu. Dalam tulisan yang ia muat dalam
blognya, www.goop.com, Paltrow menulis, “Mimpi
saya terwujud saat saya melakukan perjalanan ke Indonesia untuk pertama
kalinya." Dalam blognya itu, Paltrow juga memuat peta kuno Pulau Komodo
dan sekitarnya, yang menunjukkan pengetahuannya bahwa P. Komodo ada di
Indonesia. Namun apa yang dilakukan media sekelas Daily Mail?
GP bersama kru kapal liburannya di P.Komodo (detik.com) |
Media
yang namanya cukup terpandang di Inggris ini, dalam satu artikel online-nya, secara tidak akurat telah
menyebut bahwa Pulau Komodo terdapat di Jepang. Artikel yang dipublikasikan pada
11 juli 2013 tersebut menceritakan tentang pengaruh pemanasan global pada
kadal. Disebutkan, bahwa ilmuwan meyakini kadal pemakan daging tumbuh lebih
besar dari sepupu mereka pemakan tumbuhan karena kurangnya predator. Dengan
temuan itu, Daily Mail menuliskan
bahwa kadal terbesar saat ini, seperti karnivora komodo di Pulau Komodo, tumbuh
besar karena ketiadaan mamalia besar (predator) yang memakan mereka.
Dalam
artikel yang dimuat di media Inggris tersebut (lihat: http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2360392/Could-global-warming-lead-10ft-reptiles-Scientists-say-small-plant-eating-lizards-grow-size-Komodo-dragons.html),
dituliskan: “Because today’s largest
lizards, like the carnivorous Komodo Dragon of Komodo Island, Japan, are found
soley on mammal-free islands, scientists have suggested that lizards can grow
large only in the absence of large mammals that compete with them or eat them.”
(http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/07/12/mpts5r-media-inggris-sebut-pulau-komodo-ada-di-jepang).
Namun
pihak yang pernah memperjuangkan Pulau Komodo menjadi satu dari New Seven
Wonders of Nature, boleh bangga ketika Gwyneth Paltrow mengaku puas setelah
berlibur ke pulau ini. "Mimpi saya terwujud saat saya melakukan perjalanan
ke Indonesia untuk pertama kalinya," kenang Gwyneth Paltrow dalam tulisan
yang ia muat dalam blognya itu (lihat: http://www.goop.com/journal/go/233/indo-mag).
Paltrow berlibur ke Pulau Komodo pada Mei silam, bersama suaminya, Chris Martin, dan dua orang anaknya. Selama kunjungannya itu, Paltrow merasakan sensasi bertemu komodo langsung di alam liar. "Tidak pernah kami bayangkan sebelumnya bahwa kami bisa melihat komodo di alam liar, berenang bersama penyu besar, atau diajarkan membuat hidangan asli di situ," tulis Gwyneth. Dalam blognya tersebut, Gwyneth juga mengunggah foto-foto saat ia berpetualang di sana.
Paltrow berlibur ke Pulau Komodo pada Mei silam, bersama suaminya, Chris Martin, dan dua orang anaknya. Selama kunjungannya itu, Paltrow merasakan sensasi bertemu komodo langsung di alam liar. "Tidak pernah kami bayangkan sebelumnya bahwa kami bisa melihat komodo di alam liar, berenang bersama penyu besar, atau diajarkan membuat hidangan asli di situ," tulis Gwyneth. Dalam blognya tersebut, Gwyneth juga mengunggah foto-foto saat ia berpetualang di sana.
Ia juga mengunggah gambar kapal yang
membawa mereka mengarungi laut Indonesia selama empat hari. Tidak ketinggalan bintang
Iron Man ini juga mengunggah sejumlah foto makanan khas yang mereka
santapselama di sana, di antaranya adalah pepes ikan, orek tempe, serta sambal
colo-colo (http://www.republika.co.id/berita/senggang/blitz/13/07/12/mpt47x-gwyneth-paltrow-liburan-ke-pulau-komodo).
Pulau Komodo resmi masuk menjadi New 7
Wonders of Nature pada 16 Mei 2012. Konfirmasi ini didapat setelah menunggu
lebih dari lima bulan, setelah lebih dari 200 juta suara mendukungnya dalam kompetisi
tersebut. ''Saya berterima kasih atas dukungan rakyat atas proses panjang
sehingga akhirnya Taman Nasional Komodo bisa diakui secara internasional.
Voting berakhir November lalu dan dibutuhkan sekian lama untuk mengaudit,''
ujar Dewan Pembina Yayasan Komodo Kita, Jusuf Kalla (JK), kala itu.
Pengakuan resmi itu dilakukan dengan
pencabutan tanda provisial yang tertera di logo Taman Nasional Komodo di situs
resmi www.n7w.com. Pencabutan
dilakukan secara langsung oleh pihak penyelenggara yang disaksikan oleh JK dan
Ketua Dewan Pengawas Yayasan Komodo Kita, Sofyan Wanandi, juga oleh duta Komodo
seperti Bunda Ivet Slank ('http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/05/16/m446ea-taman-nasional-komodo-resmi-jadi-new-7-wonders-of-nature).
Dengan
adanya konfirmasi tersebut, maka berakhirlah polemik tentang kesahihan
kompetisi tersebut yang sempat dipertanyakan sejumlah pihak ketika itu. Bertempat
di Gedung PMI Pusat, Jakarta Selatan, tim Pendukung Pemenangan Komodo (P2Komodo),
menggelar telekonferensi dengan pihak New 7 Wonder di Swiss pada 11 November
2012. Pada kesempatan itu, pihak tim P2Komodo yang diwakili Widia Jatiningrum, menyatakan,
kompetisi New7 Wonder adalah kontes popularitas berskala global yang didahului
seleksi dengan kriteria ilmiah.
"Penilaiannya
dilakukan oleh ilmuwan dan ahli terkenal dunia," ujarnya. Ia mengakui, untuk
mengikuti kompetisi ini harus membayar biaya pendaftaran sebesar 199 dollar AS.
Tetapi biaya tersebut kata Widia, sangat murah dibandingkan dengan biaya
pendaftaran World Heritage UNESCO yang 675 dolar AS. Dikatakan Widia, kompetisi
ini hanya diselenggarakan sekali seumur hidup. Tetapi dampaknya akan sangat
panjang serta akan masuk dalam ingatan penduduk dunia untuk para generasi
mendatang. "Ini adalah cara yang sangat efektif untuk mempromosikan
Indonesia dan Komodo untuk generasi ke generasi," katanya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/11/04/lu496h-pendukung-komodo-jawab-kritikan-dengan-jumpers-bersama-panitia-langsung-dari-swiss).
Kecenderungan
Eksploitasi P.Komodo
Sejak
menyandang predikat New7Wonders of Nature, Pulau Komodo memang makin banyak
dikunjungi. Salah satu indikatornya adalah jadwal penerbangan yang melonjak dua
kali lipat. "Frekuensi kunjungan meningkat drastis," ujar
Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Sudirman Saad. Akan tetapi
kondisi ini ternyata menimbulkan dilema bagi Pulau Komodo. Di satu sisi, nama
Indonesia otomatis terangkat di dunia internasional. Namun di sisi lain, ada kecenderungan
eksploitasi yang tidak terkendali, meskipun belum sampai merusak lingkungan. Jika
tidak ada penanganan profesional, eksotisme Pulau Komodo akan terancam
dengan melonjaknya jumlah pengunjung.
Saat
ini pemerintah masih mengkaji metode pengelolaan yang tepat untuk kawasan ini. Dengan statusnya sebagai kawasan konservasi
hutan dan laut, peraturan yang ada menyebutkan bahwa hanya 10 persen dari total
kawasan konservasi yang boleh dimanfaatkan untuk kebutuhan pariwisata. Pemerintah,
ujar Sudirman, perlu mengatur sistem kelola agar kebutuhan antar sektor saling
terpenuhi (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/01/mkl2s1-lebih-terkenal-pulau-komodo-punya-dilema-baru).
Adanya
kecenderungan pemanfaatan keterkenalan Pulau Komodo dapat dilihat dari harga
tanah di kawasan Pulau Komodo dan sekitarnya yang melonjak. "Harga tanah
pun disini langsung meroket, menjadi 10 jutaan per meter,’’ ujar Asisten I
Bidang Pemerintahan Kabupaten Manggarai Barat, Benedektus Banu. Bagaimana
tidak, menurut Benedekus, seperti dikutip dari rilis resmi Jusuf Kalla (Senin/27/5/13),
jumlah wisatawan yang dahulu di bawah 20 ribuan, kini melonjak mendekati angka
50 ribuan per tahun.
Suasana di
Labuan Bajo, sejak Komodo dikukuhkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban
dunia, terus menunjukkan geliat pembangunan. Media Officer Jusuf Kalla, Husain
Abdullah, mengatakan, beberapa tanda-tanda kemajuan dan pembenahan infrastuktur
sudah mulai terlihat. Bandara Komodo di Labuan Bajo, kini dibangun lebih modern
dan rencananya akan dipakai saat event Sail Komodo, 9-14 September 2013 (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/27/mngdz4-harga-tanah-di-pulau-komodo-capai-rp-10-juta-per-meter).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar