Logika
politik memang tak mengenal istilah malu. Kendati “boss” partai Gerindra,
Prabowo Subianto, pernah seperti berbesar hati akan menerima kemungkinan Joko Widodo
(Jokowi) mencalonkan diri sebagai kandidat Presiden RI 2014, ternyata mulut anak-anak
buahnya malah mengesankan ketidaksudiannya. Berbagai survei tak bisa menipu,
popularitas Gubernur DKI Jakarta ini selalu mengangkangi tokoh-tokoh politik muka
lama, bahkan hingga boss-nya sendiri di PDI-P, Megawati Sukarnoputri. Semua pun merapat ke Jokowi.
Amien Rais yang awalnya selalu sinis terhadap Jokowi, bahkan kini mewacanakan
pen-cawapres-an Jokowi dengan Hatta Rajasa, yang bahkan namanya tak pernah bisa
muncul dalam berbagai jajak pendapat. Tak terkecuali tokoh dari partai warisan
Orde Baru; Golkar, Aburizal Bakri.
ROL |
Bagai mewakili
aspirasi sang boss, anggota Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra),
Martin Hutabarat, mengatakan, orang yang paling bangga dan bahagia ketika
berbagai hasil survei menempatkan Jokowi selalu dalam posisi teratas, adalah
Prabowo Subianto. “Yang paling bangga Jokowi tinggi di survei, ya Pak
Prabowo," kata Martin, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (16/7/13).
Kebanggaan
Prabowo, kata Martin, beralasan, karena Prabowo lah yang membuat Jokowi menjadi
Gubernur DKI Jakarta sehingga memiliki popularitas tak tertandingi. "Karena
kemarin (pada pencalonan Gubernur Jakarta 2012) kan Pak Prabowo yang meminta Bu
Mega (Megawati) untuk mengusung Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta," kata
anggota Komisi III DPR tersebut.
Karena
itu kata Martin, Gerindra tengah menyiapkan agenda lain untuk Jokowi, yakni untuk
menggantikan Prabowo pada pemilihan presiden periode 2019-2024. "Jokowi
disiapkan oleh kami (Gerindra) untuk jadi calon presiden. Tapi bukan 2014,
melainkan 2019," kata Martin (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/07/16/mq0qp6-gerindra-akan-usung-jokowi-jadi-capres-2019).
Mungkinkah jika Prabowo terpilih pada 2014, dia tidak berminat menjajal 5 tahun
berikutnya?
Sebelumnya,
Prabowo, meski dengan bahasa tidak eksplisit, menyatakan bahwa dia tidak khawatir
jika Jokowi mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden (capres) pada
Pemilihan Umum Presiden (pilpres) 2014. Menurutnya, hasil akhir pilpres akan
ditentukan oleh rakyat. "Itu bisa saja, tapi nanti rakyat yang
memutuskan," kata Prabowo , di Jakarta, 30 Mei lalu. Prabowo mengaku,
tidak akan mundur untuk mencalonkan diri sebagai bakal capres pada Pemilu 2014 karena
mendapat dukungan rakyat (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/05/30/mnldrm-prabowo-tak-takut-kalau-jokowi-nyapres).
Namun alih-alih
tidak khawatir, Gerindra—seperti juga partai-partai lain yang mengusung capres
untuk 2014—lebih senang mewacanakan Jokowi sebagai calon wakil presiden
(cawapres), ketimbang jadi capres. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, sekaligus
adik kandung Prabowo sendiri yang mengeluarkan pernyataannya, Hashim
Djojohadikusumo. Hashim menilai, Prabowo dan Jokowi merupakan pasangan ideal
untuk diusung pada Pilpres 2014 nanti.
"Saya kira bagus. Pak Jokowi teman saya, yang kenalkan Jokowi ke Prabowo itu saya," kata Dalam berbagai jajak pendapat atau survei, elektabilitas Jokowi dan Prabowo memang selalu berkejaran. Setelah Jokowi, selalu muncul nama Prabowo. Tetapi, Hashim mengingatkan realita menyangkut Jokowi. "Pak Jokowi bilang beliau akan komit lima tahun memimpin Jakarta. Dia terpilih sebagai Gubernur DKI, dan komit menyelesaikan tugas merupakan salah satu janji Jokowi yang harus diingat," ujar Hashim, usai satu acara, Sabtu (6/7/13).
"Saya kira bagus. Pak Jokowi teman saya, yang kenalkan Jokowi ke Prabowo itu saya," kata Dalam berbagai jajak pendapat atau survei, elektabilitas Jokowi dan Prabowo memang selalu berkejaran. Setelah Jokowi, selalu muncul nama Prabowo. Tetapi, Hashim mengingatkan realita menyangkut Jokowi. "Pak Jokowi bilang beliau akan komit lima tahun memimpin Jakarta. Dia terpilih sebagai Gubernur DKI, dan komit menyelesaikan tugas merupakan salah satu janji Jokowi yang harus diingat," ujar Hashim, usai satu acara, Sabtu (6/7/13).
Wakil Ketua Umum
partai Gerindra, Fadli Zon, juga pernah menyatakan bahwa partainya berniat
mengusung Jokowi pada Pilpres 2014, namun Jokowi akan diplot menjadi cawapres mendampingi
Prabowo. "Itu merupakan opsi yang mungkin," kata Fadli. Meski begitu kata
Fadli, Gerindra belum membangun komunikasi intensif dengan mantan Walikota Solo
itu. Partai belum mau mengganggu konsentrasi Jokowi yang tengah mengupayakan
pembenahan Jakarta (http://www.tempo.co/read/news/2013/02/15/078461460/Bakal-Dilamar-Prabowo-Jadi-Cawapres-Apa-Kata-Jokowi).
Jokowi Cenderung Unggul
Jajak pendapat
yang dilakukan Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI menunjukkan elektabilitas
Prabowo dan Jokowi secara konsisten berada di tingkat atas sebagai capres pada
pemilu 2014. Prabowo selalu unggul bila berhadapan dengan tokoh lain manapun,
seperti Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, dan Megawati Soekarnoputri. Namun selalu
kalah jika nama Jokowi dimasukkan (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/07/07/mpitle-gerindra-prabowojokowi-pasangan-ideal-untuk-pilpres-2014).
Hasil survei P2P
LIPI menunjukkan, capres dengan elektabilitas tertinggi masih ditempati Jokowi.
Selengkapnya adalah : Di posisi pertama, nama Jokowi meraih 22.6 persen, mengalahkan
Prabowo Subianto yang hanya 14.2 persen. Menguntit di posisi berikutnya: Aburizal Bakrie 9.4 persen, Megawati
Soekarnoputri 9.3 persen, Jusuf Kalla 4.2 persen, Rhoma Irama 3.5 persen, Wiranto
3.4 persen, Mahfud MD 1.9 persen, Hatta Rajasa 1.2 persen, Sri Sultan HB X 1.2,
Surya Paloh 1.2 persen, lain-lain 4.4 persen (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/06/27/mp1eat-survei-lipi-elektabilitas-jokowi-ungguli-prabowo-dan-megawati).
Namun survei terbaru
yang dilakukan Indonesia Research Centre (IRC), menemukan fakta sedikit
berbeda. Hasil survei yang dilakukan melalui kontak telepon di 11 kota di
Indonesia, sejak 8 Juli hingga 11 Juli 2013 ini menyebutkan, jika Pemilihan Presiden
(Pilpres) 2014 dilaksanakan “hari ini”, pemilih pria cenderung memilih Prabowo
Subianto dan Wiranto. Sedangkan pemilih perempuan memberikan suaranya kepada Jokowi,
Dahlan Iskan, Megawati, Jusuf Kalla, dan Aburizal Bakrie. Demikian diungkapkan Peneliti
IRC, Natalia Christanto,
Namun jika berdasarkan kelompok usia, kata Natalia, yakni secara umum tingkatan usia; baik pemilih pemula, muda, dan tua; akan cenderung lebih memilih Jokowi daripada kandidat lainnya. Hanya saja, jika diperiksa karakteristik pemilih pada masing-masing kandidat, pada umumnya karakteristik pemilih setiap kandidat presiden sebagian besar adalah pemilih berusia muda. “Kecuali Wiranto yang mendapat 52,9% dari yang mayoritas pemilih generasi senior,” tuturnya (http://nasional.inilah.com/read/detail/2010920/prabowo-digemari-pria-jokowi-disukai-wanita#.UeU-E6wzKuJ).
Namun jika berdasarkan kelompok usia, kata Natalia, yakni secara umum tingkatan usia; baik pemilih pemula, muda, dan tua; akan cenderung lebih memilih Jokowi daripada kandidat lainnya. Hanya saja, jika diperiksa karakteristik pemilih pada masing-masing kandidat, pada umumnya karakteristik pemilih setiap kandidat presiden sebagian besar adalah pemilih berusia muda. “Kecuali Wiranto yang mendapat 52,9% dari yang mayoritas pemilih generasi senior,” tuturnya (http://nasional.inilah.com/read/detail/2010920/prabowo-digemari-pria-jokowi-disukai-wanita#.UeU-E6wzKuJ).
Jokowi: Enggak Mikir ke Situ
Apa
tanggapan Jokowi ihwal pen-cawapres-annya dengan Prabowo, juga dengan bebagai
tokoh politik muka lama lainnya? Jawaban Jokowi tetap sama saat disinggung kemungkinan
menjadi cawapres Prabowo atau Aburizal misalnya. “Saya mau ngurus macet,
banjir, rusun, kampung deret, super-kampung, Marunda, Sunter, Muara Baru,
Pluit, Ciliwung, Pesanggrahan, Angke," ujarnya Maret lalu. Saya nggak mau
mikir ke situ. Saya maunya memikirkan itu tadi (banjir, macet),"
sambungnya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/03/18/mju2w8-elektabilitas-jadi-cawapres-ical-tinggi-jokowi-pilih-urus-macet).
Sementara
itu, saat Taufik Kiemas belum meninggal dunia, pengamat politik dari Sugeng
Saryadi Syndicate (SSS), Toto Sugiarto, menilai, PDI-P tidak akan mengajukan
Jokowi karena akan mengajukan Puan
Maharani. "Peluang Jokowi untuk diajukan PDI Perjuangan kecil karena
Taufik Kiemas memiliki agenda untuk mengusung Puan Maharani," kata Toto di
Jakarta, awal Juni lalu. Namun dia menilai peluang Jokowi untuk dimajukan PDIP
tergantung ketulusan orang-orang di sekitar Megawati (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/06/03/mntl9o-pengamat-pdi-perjuangan-tak-akan-capreskan-jokowi).
Puan
Maharani sendiri pernah menyatakan, tingginya elektabilitas Jokowi sebagai
capres di dalam berbagai survei, jangan
sampai membuat Jokowi kehilangan fokus kerja. "Kita mengapresiasi, semoga
Pak Jokowi dapat memberikan manfaat kepada warga Jakarta. Kita harap Jokowi
tetap fokus pada tugasnya di DKI Jakarta," kata Ketua Fraksi PDIP ini,
Februari lalu (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/02/22/milx0f-puan-minta-jokowi-fokus-kerja).
Berita
Terkait: